Kamis, 08 Januari 2015

Kisah Para Pengembara : Berat itu ... hanya ada dalam akal dan hati

Alkisah ... beberapa pengembara sedang melintasi padang gurun yang panas dengan jalan yang mendaki. Sebagian dari mereka mulai bersumpah serapah mengutuki panasnya matahari yang seakan membuat kepala mereka membara karenanya. Sebagian lagi suaranya seakan berdengung-dengung sebab mengeluh karena tidak adanya tempat untuk bernaung sementara.

Namun seorang di antara mereka, sebut saja si Fulan, justru tampak berjalan santai dengan senyum ceria menghiasi wajahnya.

Sang pemimpin pengembaraan yang sempat menoleh kepadanya kemudian berhenti berjalan menunggu sampai si Fulan berjalan didekatnya, lalu sang pemimpin itu bertanya sambil berjalan di sisinya,

"Fulan, kawan2mu sudah kepayahan seperti itu, namun kulihat kau tampak baik-baik saja tak merasa payah sedikit pun, benar demikian ya?"

"Benar, aku tak merasa kepayahan sedikit pun, langkahku pun ringan saja. Itu karena barang bawaanku yang lebih ringan dan jarak perjalananku lebih pendek dibanding kawan2 lainnya." jawab si Fulan.

Dengan penuh keheranan sang pemimpin bertanya, "Bukankah semua barang bawaan kita sama semua? Semestinya beratnya pun sama kan? Demikian pula jarak yg kita tempuh?"

"Benar, jumlah dan bobotnya memang sama persis. Jaraknya pun sama. Namun di sini dan di sini inilah yg membuat segala sesuatunya berat ataupun ringan." Demikian si Fulan menerangkan sambil menunjuk ke dada dan kepalanya.

Sang pemimpin tertawa terbahak-bahak sembari menepuk bahu si Fulan demi memahami jawaban tsb. Ia pun jadi ikut merasakan ringannya perjalanan mereka setelah bisa tertawa seperti itu.

Hati dan pikiran memang bisa mempengaruhi segalanya. Belum lagi jika kemalasan, keserakahan dan kesombongan sudah ikut menyatu dalam hati dan pikiran itu.

Tenzing Norgay ... Sang Penakhluk Mount Everest sesungguhnya