Rabu, 28 Januari 2015

Perang Hunain .. Perang Akbar Di Masa Rasulullah Setelah Penakhlukan Makkah

Sekilas
Prof. Muhammad Ridha menuliskan dalam buku Sirah Nabawiyyah-nya bahwa Perang Hunain terjadi pada 10 Syawal 8 H atau sekitar bulan Februari 630 M. Hunain sendiri adalah suatu lembah di jalan menuju Thaif yang letaknya bersebelahan dengan Dzulmajaz. Jaraknya dari Makkah sejauh tiga hari perjalanan kaki. Perang Hunain disebut juga Perang Authas karena terjadi di Lembah Authas. Perang ini terjadi antara kaum Muslimin dan Kaum Hawazin yang bersatu dengan Kaum Tsaqif sehingga perang ini disebut juga Perang Hawazin. Perang ini disebut-sebut sebagai perang di masa Rasulullah dengan harta rampasan perang terbesar dan dengan jumlah bala tentara dari Kaum Muslimin yang banyak juga.

Penyebab Perang
Setelah kota Makkah sempurna ditaklukkan, orang-orang mulai berbondong-bondong masuk ke agama Allah, termasuk kaum Quraisy. Hal ini menyebabkan pembesar Hawazin dan Tsaqif merasa khawatir bahwa Rosulullah dan pengikutnya akan bergerak menyerbu mereka. Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani an-Nadwi menulis dalam bukunya bahwa Kaum Hawazin adalah kekuatan terbesar setelah kaum Quraisy. Kaum Hawazin dan Quraisy saling berlomba dalam hal kekuatan. Hawazin tidak tunduk kepada sesuatu, yaitu Islam yang Quraisy telah takluk padanya. Hawazin ingin menjadi kekuatan yang utama dengan mencoba mencabut Islam dari akarnya.

Kekhawatiran ini menyebabkan mereka bermaksud menyerang Rosulullah dan pengikutnya terlebih dahulu sebelum mereka diserang. Maka kemudian, di bawah pimpinan Malik bin Auf An-Nashary, salah seorang tokoh Hawazin, mereka menghimpun kekuatan dimana bergabung bersamanya seluruh Bani Tsaqif, Bani Nashr, Bani Jusyam, juga Said bin Bakr. Said bin Abi Bakr ini adalah kabilah dimana Rosulullah pernah menyusui.Sedangkan Bani Ka’ab dan Bani Kilab menentang Kaum Hawazin dan bergabung bersama Rosulullah.

Mereka disertai pula seorang bernama Duraid bin Ash-Shammah, pemimpin dan orang termuka di kalangan Bani Jutsam. Dia dikenal sebagai seorang tua yang pemberani dan berpengalaman. Usianya saat itu sudah 120 tahun, bahkan ada yang mengatakan lebih. Dia juga buta sehingga dia hanya dimintai pendapat dan pengetauhuannya saja mengenai perang. Adapun panglima kaum Tsaqif saat itu adalah Kinanah bin ‘Abdu Yalil –yang dikemudian hari memeluk Islam –.


Kekuatan Musuh
Malik bin Auf, panglima perang, memerintahkan agar segala sesuatu dibawa saat perang seperti seluruh harta kekayaan, binatang ternak, kaum wanita dan anak-anak mereka dengan harapan agar pasukannya tetap tegar dan tidak lari meninggalkan medan perang. Namun Duraid tidak sependapat dan menyarankan agar mereka semua dipulangkan. Akan tetapi, Malik tidak menerima sarannya dan tetap menjalankan rencananya.
Prof. Muhamma Ridha menyebutkan bahwa jumlah orang yang terhimpun dari Bani Sa’ad dan Tsaqif ada 4.000 orang hingga selanjutnya mencapai 30.000 orang karena kabilah-kabilah Arab lainnya ikut bergabung. Ada pula yang mengatakan hanya 20.000 personil. Selain jumlah yang banyak, Kaum Hawazin dikenal sebagai pemanah yang ulung.

Kekuatan Kaum Muslimin
Di sisi lain, Jumlah pasukan Rosulullah SAW sebanyak 12.000 tentara, dimana 2.000 tentara dari penduduk kota Makkah yang baru saja masuk Islam dan sebagian dari mereka belum masuk Islam. Sedangkan 10.000 tentara berasal dari Madinah. Jumlahnya menjadi sangat banyak sehingga orang muslimin (ada yang mengatakan Abu Bakar yang mengatakan) berkata, “ Hari ini kita tidak akan dikalahkan karena jumlah yang sedikit”.
Dalam persiapan menghadapi peperangan ini, dikatakan kepada Rosulullah bahwa Shafwan bin Umayyah – yang waktu itu masih musyrik – memiliki sejumlah baju besi dan senjata. Akhirnya Shawan meminjamkan kepda Rosulullah seratus baju besi dan sejumlah senjata.
Rosulullah pergi meninggalkan Makkah pada hari Sabtu, 6 Syawwal 8 H atau 28 Januari 630 M.
Ada yang berkendaraan serta ada juga yang berjalan kaki. Bahkan kaum wanita dan orang-orang ayng belum sempurna Islamnya juga ikut. Saat itu beliau mempercayakan Makkah keapda Uttab bin Usaid bin Al-Ish yang saat itu muda. Adapun untuk menjadi guru, beliau tinggalkan di Makkah Mu’adz bin Jabal Al-Anshari Al-Khazraji untuk mengajari mengenai ukum dan syariat Islam karena dia adalah orang yang pandai membaca Al-Qur’an dan sangat mendalam ilmu agamanya.
Syaikh Mubarakfuri dalam bukunya menulis bahwa di tengah perjalanan, pasukan muslimin melihat pohon bidara besar yang biasa digunakan orang-orang Arab untuk menggantungkan senjatanya dan menyembelih kurban di dekatnya. Pohon tersebut biasa disebut Dzatu Anwath. Sebagian kaum muslimin berkata kepada Rosulullah SAW,”Buatkan untuk kami Dzatu Anwath sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwath”
Maka Rosulullah SAW bersabda,” Allah Maha Besar, sungguh kalian telah mengatakan seperti yang dikatakan kaum Nabi Musa: “ Buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala). Musa menjawab, “ Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan). Itu adalah jalan kehidupan. Kalian benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian.” Karena melihat banyaknya jumlah pasukan, sebagian dari kaum muslimin berkata, “ Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan.” Perkataan tersebut justru membebani Rosulullah. Pada petang harinya, datanglah salah seorang penunggang kuda memberi tahu Rosulullah bahwa Hawazin telah berangkat dengan membawa unta dan hewan ternak mereka. Beliau tersenyum dan berkata, “Itu adalah harta rampasan (ghanimah) milik kaum muslimin besok hari, Insya Allah..”


Pertempuran berkecamuk
Setelah mengetahui keberangkatan Rosulullah, Malik segera menempatkan pasukannya di lembah Hunain dan meyebarkan mereka di lorong persembunyian lembah guna melancarkan serangan mendadak dan serempak. Semua ini atas petunjuk Duraid.
Ketika Rosululah sampai di Hunain, lalu menuruni lembah dan waktu itu masih gelap, kaum musyrikin mendadak melancarkan serangan dari berbagai lorong dan tempat persembunyian lembah sehingga kuda-kuda mereka berlarian dan orang-orang pun mundur tunggang langgang. Sehingga secara umum, pasukan kaum Muslimin menderita kekalahan.Mengetahui hal itu, kaum musyrikin begitu bergembira. Abu Sufyan kemudian berkata,”Kekalahan mereka tidak akan sampai ke Laut (Laut Merah).
Sementara itu, Rosulullah minggir ke arah kanan kemudian memanggil dengan suara keras, “Kemarilah, wahai Hamba-Hamba Alloh! Sesungguhnya, aku seorang Nabi yang tidak berdusta. Aku adalah putra (cucu) Abdul Muthalib.”
Abu Sufyan Ibn Al-Harits segera memegangi tali kendali baghal Rosulullah dan Al Abbas memegangi pelananya berusaha menahannya agar tidak terburu-buru melesat ke arah musuh. Beliau pun turun dari baghal itu, allu berdoa dan memohon portolongan Allah.
Rosulullah SAW kemudian memerintahkan Al-Abbas orang yang suaranya paling keras untuk menyeru para sahabat. Al Abbas berteriak dengan suara kerasnya, “ Wahai Assh-habus Samroh! (para sahabat yang pernah melakukan Baiat Ridwan padda tahun Hudaibiyah”.
Abbas berkata, “Demi Alloh, begitu mendengar teriakan itu, mereka segera kembali seperti sapi yang datang memenuhi panggilan anaknya, seraya berkata,”Kami sambut seruanmu, kami sambut seruanmu!” Hingga akhirnya terkumpul sekitar seratus orang yang siap menerjang musuh dan berperang mempertaruhkan nyawa.
Seruan seperti itu kemudian juga ditujukan kepada kalangan Anshar dan Bani Al-Harits ibn Al-Khazraj. Maka bergabunglah berbagai pasukan satu demi satu. Sehingga di sekeliling Rosulullah SAW terhimpun sekumpulan pasukan kaum muslimin dalam jumlah besar.
Allah menurunkan ketenangan kepada Rosulullah dan orang-orang beriman. Allah juga menurunkan bala tentara yang tidak terlihat secara kasat mata. Pasukan Muslimin pun kembali berlaga di medan perang dan peperangan pun berkobar kembali. Rosulullah berkata, “Authas telah berkecamuk”.
Beliau kemudian memungut segenggam pasir dan melemparkannya ke arah wajah pasukan musuh seraya berseru, “ Terhinalah wajah kalian”. Sementara dalam Kitab Sirah Nabawiyah Karangan Dr. Al-Buthy seruan Rosulullah berbunyi,”Musnahlah kalian demi Rabb Muhammad”.
Kemudian, kedua mata kaum musyrikin menjadi dipenuhi debu dan mereka pun mundur serta melarikan diri. Kaum muslimin lalu mengejar pasukan musuh dan membunuh serta menawan kaum musyrikin, termasuk wanita dan anak-anak mereka. Ada sebagian kaum muslimin yang membunuh anak-anak musuh, maka Rosulullah kemudian melarang membunuh anak-anak dan wanita.
Dalam perang ini, Duraid bin Ash-Shammah terbunuh sementara Khalid bin Al Walid menderita luka-luka yang cukup parah. Tatkala musuh mengalami kekalahan, beberapa orang kafir Makkah menyatakan diri masuk Islam.


Harta Rampasan Perang
Rosulullah memerintahkan untuk mengumpulkan harta rampasan perang dan tawanan dan dibawa ke Ju’ranah serta disimpan disana. Semuanya ada 6.000 orang tawanan, 24.000 ekor unta, lebih dari 40.000 ekor kambing dan 4.000 untai emas. Bahkan ada yang mengatakan ini merupakan rampasan perang yang terbesar bagi kaum muslimin.

Sikap Kaum Anshar
Menanggapi kebijakan Rosulullah yang membagikan ghanimah kepada mu’allaf untuk mengikatkan hati mereka pada Islam, membuat sebagian orang Anshar menggerutu. Setelah mendengar hal tersebut, Rosulullah lantas memerintahkan orang-orang Anshar untuk dikumpulkan di suatu tempat khusus untuk menyampaikan khotbah khususnya, yang intinya adalah menegaskan dan mengingatkan bahwa Kaum Anshar harus bersyukur mendapatkan kemuliaan berupa Allah dan Rosulullah dibandingkan memperebutkan kambing dan unta. Ucapan Rosulullah tersebut membuat kaum Anshar menangis hingga jenggot mereka basah karena air mata. Subhanallah..

Ibroh
Peristiwa terjadinya perang Hunain ini memberikan pelajaran penting yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat At-Taubah ayat 25-27.
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai Para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, Yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah (mu), Maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang Luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang- orang yang kafir, dan Demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Sesudah itu Allah menerima taubat dari orang-orang yang dikehendakiNya. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”


Referensi
Syaikh Mubarakfury. Siroh Nabawiyyah.
Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan Al-Buthy. Siroh an-Nabawiyyah
Prof. Muhammad Ridha. Siroh Nabawiyyah
Abul Hasan ‘Ali Al-Hasani an-Nadwi. Siroh Nabawiyyah

Sumber asli :
https://dwimauliddiana.wordpress.com/2014/03/25/perang-hunain-sebuah-kajian-siroh-nabawiyyah/

Sate Blora Yang Enak dan Unik

Kawanku mungkin sudah cukup familiar dengan sate Blora kan ya? Terutama yang singgah di resto atau rumah makan penyaji menu sate Blora di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Jogja maupun Medan. Bumbu kacangnya yang lembut jika dibandingkan dengan sate Madura adalah satu ciri khasnya.

Namun untuk sate Blora yang di kota aslinya di Blora? Yuuuk, kita kenali lebih jauh yuk!

Kabupaten Blora adalah sebuah kota kabupaten kecil yang berjarak sekitar 127 km ke sebelah timur dari Semarang. Terletak di sisi bagian timur dari Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Blora berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur

Untuk menuju ke Kabupaten Blora ini dapat ditempuh melalui Kabupaten Rembang dari sisi utara, Kabupaten Bojonegoro (Jawa Timur) dari sebelah timur, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) dari sebelah selatan, serta Kabupaten Grobogan dari sebelah barat.

Kecuali yang jalur Ngawi yang masih harus menggunakan kendaraan pribadi, dari ketiga arah yang lain sudah dapat juga ditempuh dengan mengendarai bus.

Moda transportasi lainnya selain mobil/motor adalah dengan kereta api. Untuk jalur kereta api dapat diakses dari rel kereta jalur utara dengan titik kedatangan dan pemberangkatan dari Stasiun Cepu untuk kelas Eksekutif dan ekonomi, atau juga di Stasiun Randublatung untuk yang kelas ekonomi.

Untuk akses udara sebenarnya sudah tersedia pula bandara udara di Ngloram Cepu, namun belum bersifat komersil untuk penerbangan reguler. Hanya pesawat atau heli carteran yang turun atau naik dari bandara tersebut. Itupun biasanya dilayani hanya dari Bandara Juanda Surabaya.

Kabupaten Blora telah menempatkan sate sebagai salah satu kuliner andalannya, dengan penempatan tugu patung penjual sate lengkap dengan angkringannya di batas kota sebelah barat, tepatnya di desa Gaga'an kecamatan Kunduran yang berbatasan dengan Kabupaten Grobogan. Tugu atau patung yang sama juga menjadi ciri khas dari anjungan Kabupaten Blora di Taman Mini PRPP Jawa Tengah di Semarang. Maka jadilah kota Blora sebagai pemilik julukan kota Sate di Jawa Tengah.


Sumber : Wikipedia
Buat kawan yang pengin tahu bedanya sate BLORA dengan sate daerah lainnya, boleh dicermati dari tampilan ini dulu ya



Sate di Blora ada 3 macam, yaitu sate daging ayam, sate daging kambing dan sate daging sapi. Umumnya, ketiga-tiganya sate ini buka lapak saling bersebelahan, sehingga kalo kita datang berombongan tidak jadi masalah jika kita duduknya ngumpul di satu tempat, karena bisa saling pesan ke lapak di sebelahnya. Hmmm .. udah ketemu yang uniknya duluan kan?

Masing-masing lapak biasanya terdiri dari satu angkringan tempat mbakar sate yang dikupeng/dikepung dengan meja-meja kecil rendah tempat kita makan. Begitu kita pesan untuk makan di tempat, kita akan disajikan sepiring nasi (plus bawang goreng jika mau), sepiring bumbu sate (kacang untuk ayam, sambel kecap untuk kambing), juga tambahan semangkuk kuah opor/kuah kari khusus utk sate sapi. Irisan cabe dan bawang merah serta jeruk nipis diletakkan dalam piring kecil terpisah. Kalau sate kambing ditambah lalapan irisan tomat dan selada. Masing-masing konsumen bias meracik bumbunya sesuai selera.

Buat yg suka lontong, tersedia juga selain nasi untuk makanan pokoknya. Dan bagi yg pengin pakai daun jati untuk alas makannya, biasanya untuk penikmat sate sapi, pincuk daun jati dengan taburan kecambahnya tersedia juga lho. Dilengkapi pula dengan kuah opor untuk menu sate sapi tersebut. Untuk konsumen sate ayam atau sate kambing jikalau menginginkan disajikan hal yang sama tinggal bilang saja ya, nggak usah malu-malu. Pincuk daun jati ini memang memberikan nuansa dan cita rasa yang unik dan menambah kelezatan masakannya.

Oiya ... buat yg belum memesan pasti berapa tusuk satenya, hati-hati lho kalo kena "jebakan batman" seperti saya. Penyajian untuk sate Blora juga memiliki keunikannya tersendiri. Di masing-masing meja kecil tempat kita makan disediakan satu piring kosong, biasanya piring seng, untuk menaruh sate yg barusan dibakar si pedagang utk pengunjung yg makan dari meja tsb. Kita bebas ambil sesuka kita. Satu tusuk dua tusuk boleh, ... sampai 60 tusuk seperti pengalaman kami dulu juga boleh, hahahahaha, ... Jangan khawatir nggak kebagian atau jangan sampai berebut, karena pedagang satenya akan terus membakar dan mengisi kembali piring-piring khusus sate tersebut. Di akhir nantinya si pedagang akan menghitung jumlah sujen/tusuk sate yang telah kita konsumsi dari piring kita masing-masing. Jangan sampai sujennya ilang atau dibawa pulang lho ya, kasian kan mereka nantinya.

Walaupun untuk sate ayam dan sate sapinya sama-sama memakai bumbu kacang, namun kalau dibandingkan dengan sate Madura atau sate Ponorogo bumbu kacang untuk sate Blora ini jauh lebih lembut … katanya prose penggilingannya memang berulang-ulang sehingga kacangnya tergiling lebih lembut.

Kelembutan bumbu kacangnya dan kuah opornya inilah yang kemudian menjadi salah satu ciri khas atau keunikan dari sate blora … sehingga tersajikan sebagai menu sate andalan di kota-kota besar seperti Ibukota Jakarta dan sekitarnya .. seperti di resto sate Senayan, … maupun kota besar lainnya  seperti Medan, Jogja, Bandung bahkan Cirebon … meskipun cara penyajiannya sudah tidak seperti di lapak aslinya yang lebih dekat dan akrab dengan pembakar satenya, hehehehe … silakan dicek saja di google, kalua mencari sate blora justru situs yang paling banyak muncul adalah sate Blora yang resto-nya ada di Jakarta.

Nhaaaaa … sekarang ke mana nih TKP yang harus dicek untuk pembuktian kelezatan sate Blora yang enak ini? Jangan khawatir … hampir semua pedagang yang buka lapak sate selalu menyajikan yang enak-enak buat kawanku semua. Boleh di check di berikut ini ya …

1. Sate Pak Kadirun, di Jalan Gunung Sumbing. Menyajikan sate ayam yang lezat, komplit dengan pincuk daun jatinya.

2. Sate Pak Teguh, di Jalan Pemuda. Juga menyajikan sate ayam.

3. Sate Pak Daman, di Jalan Sindoro maupun di Gunung Sumbing. Menyajikan sate ayam dan sate sapi.

4. Sate Sapi Kangen Roso milik Pak Ji, juga berada di jalan SUmbing. bersebelahan dengan sate pak Kadirun, pak Daman maupun Pak teguh di ujung jalannya.

5. Pujasera Koplakan atau Gajah Mas di sebelah selatan alun-alun kota Blora, bersebelahan dengan Pasar Besar Blora.

6. Pujasera Depot Gajah di sebelah timur alun-alun kota Blora.

7. Sate Sapi Semeru di Jalan Tentara Pelajar.

8. Sate ayam pak Djumadi di Jalan Mr. Iskandar.

9. Sate ayam Pak Tanjung di jalan Sindoro.

10. Dan masiiiiiiih buuuanyak lagi. Enak-enak lhooo


Selain terkenal dengan satenya yang pasti mak nyuuuus, Blora juga terkenal dengan LONTONG TAHU dan TAHU TELUR-nya. Biasanya juga buka lapak di sebelah lapak pedagang sate ini pula.

Kalau kebetulan Kawanku mampir ke salah satu Pujasera di kota Blora ini pada jam-jam tertentu ... antara jam 5-6 sore ... bakal ketemu kejadian unik adanya pergantian shift bagi pedagangnya. Karena di beberapa pujasera, satu lapak bisa digunakan oleh dua pedagang. Yang satu buka dari pagi sampai sore. Yang lainnya buka dari sore sampai tengah malam. Dan hebatnya, mereka semua akur lho. Bahkan alat makan, dan sarana warungnya pun di-share juga. Cuman papan namanya yang diganti dengan cara dibalik. Kalau pedagang yang pagi belum rampung melayani kita, bisa diteruskan oleh pedagang yang sore. Pembayarannya juga bisa dititipkan ke pedagang yang sore tadi. 

Unik kan ya?