Selasa, 03 Februari 2015

Philodendron ... Bunga Pilihan Untuk Rumah Minimalis

Punya rumah mungil itu asyik. Tapi kalo sudah ketemu yang namanya gerah, adooooooh, yang asyik-asyik jadi pergi entah ke mana gitu.

Bicara soal gerah, rumah mungil punya banyak senjata untuk menumpasnya. Di antara senjatanya adalah dengan PLANTING atau menanam tanaman yang sesuai dengan kondisi rumah.


Untuk rumah minimalis, tanaman yang paling mendapat rujukan untuk penghias interiornya adalah Philodendron, meskipun di rumah-rumah yang besar pun banyak yang menanamnya di eksterior dan interiornya juga. Daya tahannya yang tinggi, tidak membutuhkan intensitas penyinaran matahari, dapat dikembangkan ala hidroponik, memiliki variasi bentuk daun yang bermacam-macam, dan ukurannya yang bisa menjadi "mini", menjadi acuan utama mengapa Philodendron paling favorit sebagai penghias interior di dalam rumah minimalis. 

Philodendron oxycardium

Yuk kita selami lebih jauh via buku Philodendron karya Lanny Lingga yang diterbitkan oleh Gramedia sebagaimana tertulis berikut!

Mengenal Tanaman Phiodendron
Philodendron dikenal luas sebagai salah satu tanaman hias favorit. Di kalangan hobiis, Philodendron ditanam sebagai tanaman hias pot untuk diletakkan didalam ruangan. Dibandingkan tanaman hias lainnya, daya tahan Philodendron dalam suasana gelap relatif lebih tinggi karena tanaman ini hanya membutuhkan intesitas cahaya rendah untuk kelangsungan fisiologinya. Banyak penata taman memanfaatkan Philodendron sebagai elemen taman, terutama pada rancangan taman tropis. Beberapa Philodendron memiliki sosok yang sangat eksotis sehingga bisa dijadikan titik perhatian dalam sebuah taman.



Secara umum, para hobiis membagi Philodendron menjadi dua kelompok, yaitu Philodendron merambat (climbing philodendron) dan Philodendron tidak merambat/perdu (shrub). Philodendron merambat memiliki ruas batang lemas dan akar napas (aerial root) yang berfungsi sebagai pemanjat pada penopang yang memperkokoh pertumbuhannya. Penopang tumbuh bagi Philodendron dapat berupa tanaman hidup seperti pohon besar. Untuk Philodendron yang ditanam didalam pot, penopangnya berupa tiang atau batang kayu pendek. Jenis Philo ini juga dapat ditanam pada pot gantung. Philodendron merambat yang bersosok besar pada umumnya ditanam sebagai penghias taman. Sedangkan Philodendrum perdu memiliki batang kokoh dan pertumbuhan batang yang relatif lama, sehingga kelompok ini atidak memerlukan penopang untuk dapat tumbuh tegak. Philodendron perdu bersosok kecil biasa dimanfaatkan sebagai tanaman hias untuk diletakkan diatas meja. 


Dalam industri tanaman hias modern, pembagian Philodendron diatas masih ditambah dengan satu kelompok lagi, yaitu Philodendron pohon (tree philodendron). Philodendron ini bersosok besar sehingga hanya ditemukan di habitat asli atau di budidayakan sebagai elemen taman yang cukup luas. Di Amerika, Philodendron merupakan tanaman indoor yang sangat ppopuler dan oleh badan antariksa direkomendasikan sebagai tanaman yang bermanfaat menyerap polusi dalam bentuk benzena, trikloroethylen dan formaldehida.




Asal Usul Philodendron
Philodendron pertama kali ditemukan oleh schootpada tahun 1832 di hutan tropis basah Brazil bagian tenggara. Penemuan selanjutnya, baik spesies yang sama maupun spesies baru, ditemukan di beberapa lokasi hutan tropis Amerika. Wilayah habitat asli anthurium antara lain hutan basah Florida, Meksiko, Amerika tengah, Amerika selatan dan kepulauan West Indian yang meliputi daerah bermuda, Karibia, Bahama, serta negara di kepulauan di Samudera Atlantik.


Dengan pesatnya perkembangan pemuliaan tanaman hias, dewasa ini telah ada klon Philodendron baru yang tidak ditemukan di hutan, yaitu Phildendron hasil hibridasi atau penyilangan antar spesies atau penyilangan berurutan dari satu spesies dengan spesies lainnya secara terprogram. Beberapa contoh klon baru tersebut: Philodendron ‘Black Cardinal’, Philodendron ‘Moonlight’, Philodendron ‘Red Emerald’, Philodendron’ Raja Congo’, dan Philodendron ‘Xanadu’. Sementara spesies yng baru ditemukan dihabitat aslinya dipublikan untuk kepentingan ilmiah, penemuan klon baru dapat dipatenkan untuk keperluan perdagangan. Klon baru ini hanya diizinkan untuk diperbanyak melalui pembayaran royalti kepada pemilik hak paten. Nama klon tidak lagi menggunakan nama latin seperti halnya penamaan spesies, melainkan menggunakan nama dagang yang mudah dikenal, misalnya P. ‘Pink Princess’, P. ‘Pink Lady’, P. ‘Lynette’, dan P. ‘Fun Bun’ yang merupakan hasil kultur jaringan yang di patenkan dari spesies P. Pinatifidum. Hingga tahun 2006, International Aroid Society mencatat keberadaan 65 klon Philodendron. Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan penemuan klon baru terutama variegata dari klon yang sebelumnya telah dipatenkan.



Spesies yang dibudidayakan saat ini berupa spesies asli, hasil hibridisasi alami maupun hibridisasi yang sengaja dilakukan oleh pemulia tanaman. Spesies alami memiliki banyak keragaman bentuk, ukuran, dan warna daun serta pada umumnya dapat tumbuh dengan baik dalam segala kondisi, sedangkan varian baru yang mengambil sifat-sifat unggul spesies alami, bersosok menarik, tetapi memerlukan perawatan yang lebih intensif dibandingkkan spesies alami.



Perbanyakan Philodendron melalui kultur jaringan pertama kali dilakukan di Florida, terutama untuk spesies yang sulit berbunga serta varian hasil hibrida. Selanjutnya, perbanyakan dengan cara banyak dilakukan di Australia dan Belanda. Pada awal tahun 2000, kultur jarinngan Philodendron dilakukan di Thailand, China, dan India terutama untuk klon baru yang memiliki warna daaun selain hijau, seperti P. ‘Black Cardinal’, P. ‘Moon Light’, P. ‘Red Emerald’ dan Philodendron lain yang ditujukan sebagai tanaman hias pot. Bebrapa Philodendron sangat sulit berbunga dan menghasilkan biji. Khusus untuk spesies yang sulit berbunga tersebut, perbanyakannya tidak dilakukan secara generatif dengan penyemaian benih. 

Philodendron Moonlight


Orang awam sering menyebut negara tempat satu Philodendron hibrida di produksi sebagai asal-usul tanaman tersebut. Misalnya, Philodendron ‘Red Emerald’ yg diproduksi secara kultur jaringan di Amerika dan Belanda seringkali dianggap berasal dari kedua negara itu. Philodendron ‘Rojo Congo’ hasil kultur jaringan sebuah nursery Australia dikenal orang sebagai Philo asli Australia padahalvAustralia maupun Belanda bukan merupakan habitatb asli Philodendron. Sebuah spesies ditemukan dari hasil penjelajahan didaerah habitat asal, bukan dari daerah tempat tanaman tersebut di perbanyak atau di perjualbelikan. Karena Philodendron hasil hibridisasi bukan merupakan spesies, msks jenis tersebut tidak pernah dijelaskan asal-usulnya seperti halnnya Philodendron spesies.




Taksonomi Philodendron
Philodendron berasal dari bahasa yunani “philo” yang berarti cinta dan “dendron” yang berarti pohon. Pada awal penemuan genus Philodendron, kebanyakan spesies yang ditemukan berbentuk daun menyerupai hati sehingga memang tepat jika dijuluki pohon cinta. Deskrisi dan runutan taksonomi Philodendron ditemukan oleh ahli botani berkebangsaan Inggis bernama Schott pada tahun 1832. Philodendron termasuk keluarga Araceae (termasuk didalamnya Algaonema, Anthurium, Arisema, Alocasia, Caladium, Diffenbachia, Syngonium, Spatiphyllum, dan Zanthedescia). 

Runtunan taksonomi Philodendron adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Klas : Liliopsida

Ordo : Arismatales

Familia : Araceae

Subfamilia : Aroidae

Tribe : Philodendrae

Genus : Philodendron


Di dalam genus Philodendron terdapat lebih dari 700 spesies. Diantaranya terdapat sejumlah subspesies dan hibrida tang terjadi secara alami dihabitat asal maupun hibridasi yang sengaja dilakukan oleh pemulia tanaman. 


Pembagian genus Philodendron terdiri atas  
  • Section Baursia, 
  • Section Philopsammos, 
  • Section Philodendron (terdiri atas Subsection Achyropodium, Canniphyllium, Macrolochium, Philodendron, Platypodium, dan Solenosterigma),  
  • Section Calostigma (terdiri atas Subsection Bulaoana, Eucardium, Glossophylum, Macrobellium, dan Oligocarpidium),  
  • Section Tritomophyllum, 
  • Section Schizophyllum, 
  • Section Polytomium, 
  • Section Macrogynium dan  
  • Section Camptogynium.


Philodendron memiliki keragamman ukuran dan bentuk daun yang berbeda antara satu spesies dengan spesies yang lainnya. Keragaman ini dijadikan sebagai satu kunci determinasi oleh alhi boatani dalam penentuan spesies yang ditemukan di habitat asalnya. Tetapi jika bentuk dan ukuran daun dari spesies yang berbeda sulit dibedakan, para ahli botani menggunakan kunci determinasi, yaitu warna daun, susunan atau cara duduk daun, seludang batang, ukuran dan warna bunga, serta sifat tumbuh tanaman.



Racun dan Khasiat Philodendron
Philodendron ternyata termsuk dalam kelompok tanaman beracun. Seluruh bagian tanaman ini mengandung Kristal Kalsium Oxalate yang bisa menyebabkan iritasi kulit, iritasi mata bila terkena percikan getah, dan penyakit kulit dermatitis pada orang yang kulitnya tergolong peka. Baik di negara-negara Eropa maupun AS, masyarakat dianjurkan menjauhkan Philodendron dari jangkauan balita karena berpeluang sebagai racun apabila termakan.


Namun dengan ramuan yang tepat, Philodendron juga digunakan untuk pengobatan. Doriz Z. Stone dalam bukunya “TheBaruca Costarica” menjelaskan bahwa rebusan akar gantung Philodendron yang dicampur dengan herba Piper spp, yang tergolong sebagai sirih-sirihan, telah lama digunakan oleh bangsa Indian di Costarica sebagai obat sakit perut dan disentri. Bagaimanapun juga, kandungan kimiawi apa yang ada didalam Philodendron dan bagaimana efek farmakologisnya masih perlu diteliti lebih lanjut.

Philodendron Black Cardinal

Cara Tumbuh dan Pertumbuhan Philodendron
Philodendron tumbuh dengan dua cara. Pertama, sebagai tanaman daratan (terrestrial plant), Philo tumbuh tanpa menempel pda tanaman lain atau tidak memerlukan penopang. Kedua, sebagai tanaman penumpang (epiphyte; epifit), Philo hidup menempel pada tanaman lain atau benda mati yang ada disekitarnya agar tanaman dapat berdiri tegak. Sebagian besar soesies Philodendron merupakan tanaman epifit. Di habitat aslinya, Philodendron ditemukan memanjat pohon hingga setinggi puluhan meter. 


Ada dua cara tumbuh epifit pada Philodendron, yaitu epifit yang sebenarnya dan hemiepiphyte (hemiepifit), artinya bagian tajuknya (kanopi) hidup menempel pada tanaman lain atau benda mati yang ada disekitarnya, sementara akarnya berkembang didalam tanah. Contoh Philodendron dengan pertumbuhan hemiepifit ini antara lain P. Cordatum, P. Radiatum, dan P. Megalophyllum. Hemieppifit itu sendiri dibagi dalam dua kelompok.  


Pertama, epifit yang kemudian berubah menjadi hemiepifit. Dalam kelompok ini, biji Philodendron pada mulanya tumbuh dipohon dengan tajuk ke atas mengarah ke matahari. Biji yang tersebar pada batang pohon besar biasanya menempel pada sarang semut. Kondisi lembab dan nutrisi yang terkandung pada sarang semut menyebabkan biji tersebut tumbuh dan berkembang. Lambat laun akar napas muncul semakin banyak dan berusaha mencapai tanah untuk menyerap air dan unsur hara. 


Kedua, kelompok Philodendron yang bijinya tumbuh ditanah dan kemudian “memanjat” pada pohon atau benda yang berada didekatnya. Sifat ini ditemukan pada semua section Philodendron.Philodendron terrestrial di habitat asli hanya ditemukan pada kondisi ekstrem, misalnya dilembah yang teduh dan posisi tanaman jauh dari pohon yang bisa digunakan sebagai perambat. 



Penebangan hutan menyebabkan beberapa spesies yang tadinya merambat terlempar ke lembah dan tumbuh ditanah tanpa tanaman penopang seperti yang terjadi pada P. Lentii dan P. Squamicaule yang berasal dari Meksiko. Apabila saat ini hobiis menanam Philodendron ditanah tanap perambat / penopang, hal ini dapat disamakan dengan kondisi ekstrem tanaman di habitat alami, dan karena itu perlu menyediakan faktor pendukung pertumbuhan yang memadai, seperti media tanam yang baik, unsur hara yang cukup dan penempatan pada lokasi yang benar.



Seperti tanaman lainnya, Philodendron juga memiliki sifat fototropisme, yaitu bertumbuh ke arah matahari, kecuali Philodendron Pertosum atau yang lebih dikenal sebagai Monstera Deliciosa L. Pada spesies ini, pada awalnya tunas bergerak kearah datangnya cahaya, tetapi setelah tanaman mencapai posisi yang terekspos cahaya, tunas atau tajuk berbalik ketempat yang gelap (gejala scotropic). Philodendron memiliki tipe tumbuh monopodial, yaitu daun tumbuh pada suatu ruas. Namun pertumbuhan daun, yang diikuti dengan munculnya seludang daun, tidak bersamaan dengan perpanjangan ruas. Setelah daun bertumbuh dan diikuti pembungaan, ruas memanjang dan perkembangan tunas terhenti. 


Panjang ruas setiap spesies Philodendron berbeda-beda, tergantung tipe pertumbuhannya dan cara duduk tangkai daunnya. Ada 4 cara duduk daun Philodendron, yaitu hypophyllous, hyperphyllous, ambiphyllous, dan peraphyllous. Pada hypophyllous tangkai daun terletak di bagian bawah ruas; pada tipe hyperphyllous daun terletak di bagian atas ruas; pada tipe ambiphyllous tangkai daun terletak pada ruas dengan posisi saling menyilang seperti yang jelas pada Philodendron subgenus zpteriomischum; sementara tipe peraphyllous memiliki ruas yang mmemanjang dan diakhiri oleh seludang daun. Seperti umumnya tanaman merambat Philo tidak memiliki perbedaan antara daun muda dan daun tua.


Morfologi Philodendron
1. Akar

Akar serabut Philodendron bersifat herbaceus, artinya mengandung banyak air

sampai akar menjadi tua. Permukaan akar tidak rata, berukuran cukup besar, dan mudah patah. Pada ujung akar terdapat tudung akar yang tampak seperti bulu putih yang mengandung banyak air. Disamping akar utama yang tumbuh didalam tanah, Philodendron juga memiliki akar napas (aerial root) yang tumbuh menggantung ditiap ruas. Akar napas ini tampak jelas pada Philodendron merambat, namun jarang terlihat pada Philodendron perdu kecuali setelah tanaman berukuran cukup besar atau berubah menjadi pohon.


Akar utama Philodendron berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara, sementara akar napas berfungsi untuk memanjat atau menempel pada benda lain yang ad disekitarnya. Semua spesies Philodendron memiliki akar adventif di beberapa atau di setiap bukunya. Jumlah akar adventif di pengaruhi oleh faktor lingkungan, bukan oleh sifat suatu spesies. Philodendron yang merambat memiliki jumlah akar adventif yang relatif lebih banyak dibandingkan Philodendron Self-heading. 


Akar tempel ada yang tumbuh menyebar pad lingkaran buku ada pula yang mengumpul pada satu titik buku saja. Pada P. Auriculstum akar tempel melingkari buku, sedangkan pada P. Gigas akar tempel merapat di suatu titik pada sebuah buku. Ciri morfologi akar tidak digunakan dalam taksonomi saat pendiskripsian spesies dilakukan. Akar segar berwarna putih, putih kehijauan atau kecoklatan dengan ukuran panjang dan diameter serta tekstur yang berbeda untuk setiap spesies. Namun saat dibuat preparat kering untuk diteliti di laboratorium ciri tersebut tidak tampak lagi.



2. Batang

Batang Philodendron berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi. Spesies merambat memiliki lingkar batang yang lebih kecil dibandingkan dengan spesies yang tumbuh tegak. Panjang ruas batang Philodendron beragam, ada yang hingga puluhan centimeter, ada pula yangj pendek sehingga terliahat seperti merapat. Panjang ruas Philodendron merambat berkisar 10-30 cm dan dapat berubah menjadi lebih panjang jika ditanam di tempat yang lebih gelap. 


Permukaan batang Philodendron pun bervariasi, ada yang licin, kasar dan berambut sementara warna batangnya ada yang hiaju mengkilap, kecokelatan, kuning, dan merah. Pada batang terdapat seludng daun yang bentuk maupun ukurannya berbeda untuk masing-masing spesies. Warna batang Philodendron mengalami perubahan dari satu stadia ke stadia berikutnya. Ada spesies yang awalnya berbatang hijau tua, namun setelah dewasa berubah menjadi hijau keabu-abuan. Ada pula yang saat masih muda berbatang hiaju tua dan setelah dewasa berubah menjadi kuning atau merah kecokelatan. Perubahan inilah yang menyebabkan kunci determinasi dilakukan hanya ketika batang masih segar. Batang Philodendron dalam kondisi basah ataupun kering dapat dipakai sebagai kunci determinasi.


Kunci determinasi Philodendron terpenting dari pengamatan batang adalah seludang daun. Seludang daun melindungi daun yang baru muncul. Pada Philodendron merambat, seludang akan rontok segera setelah daun baru tumbuh. Seludang daun umunya berupa lembaran halus dan tipis, namun ada pula yang tebal dan berair. Philodendron dengan seludang tebal ini mengandung cairan gelatin yang berperan sebagai pelumas pada saat daun baru tumbuh. Warna seludang juga menjadi kunci determinasi. 



3. Daun

Philodendron memiliki banyak keragaman bentuk daun, misalnya hati, lanset, lanset berlekuk, dan jari-jari. Ukuran helai daun dan panjang tangkai daun bervariasi. Philodendron merambat pada umumnya memiliki tangkai daun panjang sedangkan philodendron self-heading umumnya bertangkai daun pendek hanya beberapa spesies yang bertangkai daun panjang. Tangkai daun berbentuk bulat, setengah lingkaran atau setengah lingkaran berlekuk. 


Warna daun Pholidendron bermacam-macam, yaitu hijau, hijau muda, kuning, merah, merah keunguan, warna perak serta variegata, antara lain variegata hijau-putih, hijau-kuning, merah-putih, merah-merah muda serta gabungan bebrapa warna dalam satu helai daun. Philodendron adalah tanaman evergreen, artinya tidak mengalami periode dorman. Daun Philodendron tersusun saling berhadapan kecuali pada spesies beruas batang sangat pendek, susunan daun saling bersilang atau membentuk rumpun. Lima puluh lima (55) subspesies Philodendron yang berasal dari Amerika Tengah memiliki daun dengan bertbagai bentuk lekukan, 3 diantaranya berdaun 3 lekuk (triloba), seperti P. Anisotomum, P. Cotobrusense, P. Madronoense, P. Ruthchuhianum, P. Tripatitum, dan P. Angustilobum.

bentuk-bentuk daun philodendron


Tangkai daun (petiol) Philodendron selalu tumbuh memanjang. Kebanyakan spesies memiliki panjang daun hampir sama dengan tangkainya. Kebanyakan panjang tangkai daun Philodendron yang berasal dari Amerika Tengah lebih dari 50 cm. Meskipun ada pula yang bertangkai daun pendek misalnya P. Brewsteriense, yang panjang petiolnya kurang dari 15 cm dan P. Wenlandii yang hanya memiliki panjang petiol sekitar 7,5 cm. Petiol Philodendron menghasilkan tetesan cairan berasa manis dipermukaan daun dan di bagian pangkal daun muda. Cairan ini sangat bermanfaat pada proses penyerbukan.



4. Bunga

Philodendron memiliki bunga majemuk, yaitu rangkaian banyak bunga yang tersusun pada spadiks. Bunga ini terlindungi oleh seludang bunga (spathea) yang membungkus spadiks. Setiap spesies memiliki perbadaan ukuran seludang dan spadiks yang digunakan sebagai kunci determinasi Philodendron.


Warna seludang masing-masing spesies juga berbeda. Posisi bunga pada batang dapat tegak atau miring, tergantung letaknya pada batang. Meskipun pada awalnya tersembunyi diujung batang, bunga yang tumbuh akhirnya menyebabkan batang melengkung sehingga bunga menjadi tegak ketika anthesis. 


Sifat demikian dapat diamati pada P. Lingulatum Var. Ovatum dan P. Lingulatum Var. Lingulatum. Pengetahuan tentang posisi bunga sangat penting bagi hobiis atau pemulia yang bermaksud melakukan penyilangan Philodendron. Dalam taksonomi Philodendron, jumlah bunga dalam satu ketiak daun (axil) menentukan determinasi spesies. Ada spesies yang memiliki bunga tunggal dalam satu ketiak daun dan ada pula yang memiliki lebih dari satu bunga perketiak daun.

Philodendron King Dragon


Selain jumlah bunga secara utuh, kunci deskripsi philodendron juga ditentukan oleh jumlah serbuk sari dalam kotak sari. P. Subg. Mecostikma, misalnya memiliki 51 serbuk sari dalam setiap kotak sari, sedangkan P. Fragrantisimum serta sebagian besar Philodendron asli Amerika tengah punya 36 serbuk sari tiap kotak sari. Sementara itu, ada 52 spesies yang memiliki serbuk sari lebih sedikit dari pada 2 spesies yang disebutkan sebelumnya. Misalnya, P. Davidsonii memiliki 10 serbuk sari, P. Coloradense memiliki 4 – 7 serbuk sari dan P. Gigas serta P. Dresleri hanya memiliki 3 – 4 serbuk sari dalam tiap kotak sari. Contoh lain Philodendron angustisetum, panjang bunga 15 cm, seludang berwarna hijau, didalamnya kuning dan di pinggir bagian luar bunga berwarna pink.



5. Biji

Sebagai tanaman Araceae, Philodendron memiliki kelompok buah yang berada pada sebuah tongol (berry). Biji terbungkus oleh kulit yang terdiri dari lapisan luar (eksokrap) dan lapisan dalam (mesokarp). Warna kulit berry pada Philodendron sangat beragam tetapi tidak seperti anthurium atau keluarga araceae yang lain, perbadaan ini tidak digunakan sebagain kunci determinasi spesies.


Bunga jantan dan bunga betina pada Philodendron terletak pada spadiks yang sama (bunga hermafrodit) : bunga betina berada di bagian bawah spadiks, sedangkan bunga jantan berada di ujung spadiks. Bagian tengah spadiks merupakan daerah perantara (transition zone) tempat bunga jantan yang mandul (steril).


BUDI DAYA PHILODENDRON
a. Perbanyakan Philodendron

Philodendron di perbanyak secara generatif melalui penyemaian biji sebagai organ generatif tanaman dan secara vegetatif melalui stek pucuk, stek batang. Pencangkokan, perundukan (layering) dan kultur jaringan. Di luar negeri, biji Philodendron banyak yang sudah di proses dan siap disemai. Perdagang biji ini mendorong petani atau pemulia untuk secara khusus memproduksii biji. 

Penampakan biji philodendron


Produksi biji Philodendron sangat menguntungkan karena satu tongkol bunga dapat menghasilkan ratusan hingga ribuan biji yangmemiliki nilai ekonomi tinggi. Di Amerika, puluhan juta biji Philodendron di hasilkan setiap tahun untuk di jual ke seluruh dunia. Jika kita ingin memproduksi biji, kita perlu mengetahui penyerbukan Philodendron secara alami dan cara merangsang pembungaan dengan manipulasi perlakuan hormon. 


Pengetahuan ini akan memudahkan kita melakukan penyerbukan buatan. Warna pembungaan atau terjadib penyerbukan pada masing-masing spesies berbeda. Proses ini pada dasarnya ditandai oleh pembukaan spadiks kemudian diikuti oleh penyebaran serbuk sari yang dihasilkan bunga jantan untuk menyerbuki atau bunga betina. Penyerbuka pada Philodendron selalu bersifat protogynous, yaitu putik lebih dulu matang sebelum bunga jantan melepas serbuk sarinya. Ketika pnyerbukan akan berlangsung, bunga mengeluarkan aroma tertentu yang dapat tercium saat spathea membuka.

Perpaduan dengan bunga lain pun jadi makin indah


Menyilangkan dua spesies Philodendron dengan tujuan untuk mendapatkan hibrida baru tidaklah mudah. Setiap spesies memiliki periode pembuangan yang berbeda. Berdasarkan periode pembuangan Philodendron di bagi menjadi 5 yaitu spesies yang berbunga saat musim hujan, spesies yang berbunga saat musim kemarau, spesies yang berbunga saat musim hujan dan kemarau, spesies yang masa berbunganya sepanjang tahun, serta spesies yang berbunga pada saat masa pancaroba. Hobiis dan pemulia tanaman yang ingin mendapatkan Philodendron varietas baru dengan cara penyilangan perlu mengetahui masa pembungaan dua spesies yang akan disilangkam dan waktu penyerbukan alaminya. 


Penyilangan dua spesies akan berhasil apabila di pilih waktu yang ttepat untuk melakukan penyerbukan. Bagaimana jika tidak terdapat ketidaksesuian masa berbunga dan waktu penyerbukan antara dua spesies yang akan di silangkan? Untuk mengatasinya, hobiis atau penyilangan dapat memanfaatkan serbuk sari dari spesies yang berbunga terlebih dahulu. Serbuk sari ini disimpan sambil menunggu pembungaan spesies kedua. Pengetahuan tentang morfolofi bunga dan peristiwa pembungaan sangat penting bagi kegiatan penyilangan untuk produksi benih Philodendron. 



b. Penyemaian Biji

Ukuran biji Philodendron bervariasi: ada yang sehalus debu (sperti P. Canifolium), ada yang sebesar kacang hijau dan dan yang paling besar sebesar kacang tanah (misalnya P. Pertosum). Biji hasil panen harus di kering anginkan agar bisa tahan disimpan dalam waktu lama. Pengeringan hendaknnya tidak dilakukan dengan cara di jemur langsung di bawah sinar matahari karena hal ini akanmenurunkan daya tumbuh biji. Lama pengeringan bervariasi: biji berukuran kecil akan cepat mengering dalam waktu sehari sedangkan biji berukuran besar memerlukan waktu beberapa hari. Agar terhindar dari serangan cendawan perusak biji, biji direndam beberapa saat dalam larutan fungisida seperti Ridomil atau Captan sebelum dikeringkan.


Benih Philodendron bersifat rekalsitran, yaitu cepat mengalami kemunduran vigoritas. Penyimpanan terbaik adalah dengan kain katun lembab dan dimasukan kedalam kantong plastik (benih hendaknya tidak disimpan dalam kantong kertas. Media tanam yang baik untuk menyemai benih Philodendron adalah media yang memiliki daya ikat air cukup besar atau dapat menjaga kelembaban dalam waktu relatif lama, misalnya sphagnum moss, akar pakis yang dicacah halus, cocopeat halus, peatmoss, dan tanah rawa yang telah dinetralkan pH nya melalui pemgapuran. 

Philodendron Pertosum atau Monstera


Untuk benih berukuran besar, penyemaian dapat dilakukan perbiji, sedangkan untuk benih berukuran kecil penyemaian dilakukan dengan penyebaran berkelompok. Pada saat benih mulai berkecambah, bibit diletakkan pada lokasi berpencahayaan sekkitar 300 fc atau berpenaung 80% - 90%, sedangkan setelah daun mulai tumbuh sepasang di pindah ke tempat yang lebih terang atau berpenaung 70% dan setelah tanaman cukup kuat dapat di pindah ke tempat berpenaung 60%. Bibit yang terlalu kekurangan cahaya akan tumbuh secara lambat dan ketika sudah besar sosoknya tidak kompak.



c. Setek Pucuk

Pucuk atau tunas merupakan salah satu bagian tanaman yang paling mudah digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif. Setiap ruas Philodendron di tumbuhi akar dan akar lebih mudah tumbuh pada ruas batang bagian bawah daripada ruas bagian atas. Setelah pemotongan pucuk pada jenis berbatang kecil, pengakaran dapat di lakukan dengan media air sebelum tanaman di pindah ke media tanam yang sebenarnya.



d. Setek batang

Tunas Philodendron tumbuh pada ruas yang memiliki mata tunas. Philodendron beruas panjang memiliki sedikit tunas, sementara sebagian besar Philodendron beruas pendek memiliki tunas pada setiap ruas. Kebanyakan spesies satu mata tunas pada setiap ruas. Karena akar Philodendron tumbuh pada buku batang, maka syarat untuk melakukan setek batang adalah adanya buku dan mata tunas.

e. Pencangkokan / Perundukan

Prisip kerja pencangkokan sama dengan penyetekan batang. Risiko kegagalannya kecil karena pucuk tetap menempel pada tanaman induk. Perundukan (layering) biasa dilakukan pada Philodendron merambat. Caranya adalah dengan merebahkan pucuk tanaman ketanah yang lembab. Kemudian bagian pangkal ruas di timbun media dan di pasang pemberat sampai tumbuh akar dan siap di potong.



f. Media Tanam

Di habitat asalnya Philodendron hidup di tanah subur yang lembab. Sehingga media tanah yang sesuai bagi Pjilodendron adalah yang bersifat porous tetapi juga dapat menahan air. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik media tanamnya sebaiknya terdiri atas campuran berbagai jenis media tanam. Beberapa jenis media tanam yang dapat di gunakan adalah pakis caca, potongan kayu, serutan kayu, sekam segar, sekam bakar, serat kelapa, serbuk kelapa, potongan serat dan serbuk kelapa, pupuk kandang, kompos hijau, tanah topsoil, seolit, pasir, batu apung, perlit, tanah rawa, humus paku hitam, hidrogen dan serbuk gergaji kayu.



g. Penanaman

Penanaman Philodendron dapat menggunakan berbagai macam pot, seperti pot plastik, tanah liat, pot keramik atau dari semen. Ukuran pot di sesuaikan dengan ukuran tanaman. Philodendron merambat memerlukan penegak atau rambatan, namun tidak demikian halnya dengan Philodendron self-heading yang hanya membutuhkan penopang sementara agar dapat tumbuh tegak dan kokoh.



h. Pemupukan

Pemilihan jenis pupuk harus memperhatikan kesesuaian jenis pupuk yang di campurkan. Kesesuaian tersebut berpedoman pada kondisi pH media, kesesuaian antar ion penyusun pupuk, dan nilai EC yang akan dihasilkan setelah pemupukan pada jangka waktu tertentu pasca pemupukan. Kesesuaian campuran pupuk tunggal akan mempengaruhi keseimbangan pertumbuhan tanaman.



 Semoga bermanfaat!

Referensi Buku : Philodendron - Lanny Lingga - Penerbit Gramedia