Dikisahkan kembali dari "Titik Nol" radio Suara Surabaya 100 FM
Suatu hari seorang tukang roti membeli mentega pada seorang petani langganannya. Mentega buatan petani itu sangat bagus, lembut dan harum. Namun pada hari itu, si tukang roti mendapati menteganya terasa lebih ringan dari biasanya.
Suatu hari seorang tukang roti membeli mentega pada seorang petani langganannya. Mentega buatan petani itu sangat bagus, lembut dan harum. Namun pada hari itu, si tukang roti mendapati menteganya terasa lebih ringan dari biasanya.
Keesokan
harinya, si tukang roti membeli mentega lagi, dan lagi-lagi mentega
itu masih terasa lebih ringan dari biasanya. Karena penasaran, setiba
di tokonya mentega tersebut ditimbang kembali. sambil disaksikan
karyawan dan pelanggannya yang kebetulan datang di tokonya.
"Aih, benar juga dugaanku. Si petani itu menipuku, dia mengurangi timbangan mentegaku." geramnya si tukang roti mendapati dirinya telah ditipu.
Maka tak lama kemudian si tukang roti mengadukan si petani ke petugas yg berwajib. Dan singkat cerita sampailah si petani itu di depan meja hijau. Saat ditanya oleh hakim apakah dia memiliki timbangan, si petani menjawab tidak memiliki.
"Lalu bagaimana kau akan menimbang mentegamu agar pas 1 kilogram jika kau tidak memiliki timbangan?" tanya sang Hakim.
"Mudah saja tuan Hakim, saya tinggal membandingkan dengan 1 kilogram roti yang biasa saya beli dari pak tukang roti ini. Pasti sesuai." jawab si petani dengan lugu.
Betapa kagetnya si Tukang Roti mendengar penjelasan si petani itu, dia tak bisa berkata apapun, sedangkan keringat dinginnya bercucuran karena ketakutan.
Demikianlah Saudara-saudaraku, terkadang kita begitu mudahnya menunjuk kesalahan orang lain sebagai suatu kesalahan besar, namun biasanya kita justru lupa bahwa boleh jadi kitalah sumber kesalahan itu. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.
Have a nice day, all!
"Aih, benar juga dugaanku. Si petani itu menipuku, dia mengurangi timbangan mentegaku." geramnya si tukang roti mendapati dirinya telah ditipu.
Maka tak lama kemudian si tukang roti mengadukan si petani ke petugas yg berwajib. Dan singkat cerita sampailah si petani itu di depan meja hijau. Saat ditanya oleh hakim apakah dia memiliki timbangan, si petani menjawab tidak memiliki.
"Lalu bagaimana kau akan menimbang mentegamu agar pas 1 kilogram jika kau tidak memiliki timbangan?" tanya sang Hakim.
"Mudah saja tuan Hakim, saya tinggal membandingkan dengan 1 kilogram roti yang biasa saya beli dari pak tukang roti ini. Pasti sesuai." jawab si petani dengan lugu.
Betapa kagetnya si Tukang Roti mendengar penjelasan si petani itu, dia tak bisa berkata apapun, sedangkan keringat dinginnya bercucuran karena ketakutan.
Demikianlah Saudara-saudaraku, terkadang kita begitu mudahnya menunjuk kesalahan orang lain sebagai suatu kesalahan besar, namun biasanya kita justru lupa bahwa boleh jadi kitalah sumber kesalahan itu. Kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.
Have a nice day, all!