Tak hanya keluarga, demikian pula dengan sahabat-sahabat karib kita, kita pun tak rela jika mereka jatuh sakit, terkena cobaan dan musibah. Tetapi ... Yang sebatas kita mampu upayakan hanyalah mengobati si sakit, dan menolong yg sedang terkena musibah. Itu saja.
Ketika tiba saat kita berpisah atau dipisahkan, baik yg sifatnya sementara ataupun yg selamanya, itulah sesuatu yg tak mampu kita berbuat apapun utk mencegahnya, sering kali kita lupa bahwa masa itu PASTI DATANG dan PASTI TERJADI.
Saat perpisahan yg bersifat selamanya itu adalah MAUT yg kelak menjemput kita. Entah itu sedetik lagi, sehari berikutnya, sebulan kemudian atau bahkan berpuluh tahun yg akan datang.
Ada banyak macam sikap yg muncul terhadap datangnya saat perpisahan tersebut. Terkadang bahkan ada yg tak terima dengan kenyataan perpisahan itu, sehingga kemudian menyalah-nyalahkan orang lain yg dianggap tdk berusaha keras utk mencegahnya terjadi, hingga terkadang kebablasen .... Menyalahkan TUHAN.
Ada pula yg sedemikian takutnya bertemu dengan kematian, sehingga jika dia kaya maka diupayakan segala pengamanan berlapis-lapis untuk menjaga nyawa satu-satunya itu dengan mepekerjakan bodyguard yg jago gelut atau bahkan tentara bayaran satu batalyon, anjing2 galak di balik tembok pagar rumahnya yg seperti benteng, semua orang yg akan bertemu dengannya dan makanannya pun harus "steril".
Ada yg menurut saya lebih gila lagi, karena sudah tak tahan dengan beratnya cobaan hidup, justru meminta-minta agar kematiannya disegerakan. Bahkan hingga BUNUH DIRI.
Yg tak kalah gila dan terkutuknya adalah orang-orang yg sedemikian ringan hatinya utk mendatangkan kematian atau mempercepat kematian bagi orang lain. Kita sudah pasti mengutuk orang2 seperti Hitler, Mussolini, Stalin dan Westerling yg mewakili para pembunuh2 keji itu. Tapi sadarkah kita akan peranan diri kita sbg "pembunuh yang tersamarkan"? Mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan, makan dengan pola yg tidak sehat, tidak berolahraga, bekerja secara ceroboh, merokok, konsumsi psikotropika/miras, dan sex bebas juga termasuk dalam golongan itu. Sadarkah kita?
Orang bijak mengatakan bahwa "penyesalan hanya datang di akhir kemudian", ... karena yang datang di awal itu namanya "pendaftaran", hehehehe ... Senyampang kita belum bertemu ujung akhir dari sebuah acara perpisahan, bolehlah kita menata bekal bagi diri kita maupun anggota keluarga kita.
Bekal apa saja itu?
1. Bekal hatinya
Ingatkan terus diri kita dan keluarga kita bahwa siapa pun pastilah akan tiba masa perpisahan, entah kapan dan bagaimana kejadiannya. Sehingga tak perlu takut untuk meninggalkan atau pun ditinggalkan.
Ingatkan pula bahwa kehidupan di dunia ini hanya sementara, bukan kehidupan yang sesungguhnya akan abadi kelak. Justru kebahagiaan bagi mereka yg telah tiba waktunya, jikalau bekal mereka telah siap jauh-jauh hari. Tak perlu lagi mereka risau dengan naiknya tarif listrik dan bbm, setoran target perusahaan, ruwet dan macetnya jalan ke tempat kerja, atau masalah2 dunia yg lainnya.
2. Bekal materi utk yang ditinggalkan
Sebelum bepergian, pastikan kita telah menyiapkan materi untuk yg akan ditinggalkan.
- Uangnya utk belanja/biaya hidup, bahkan jika perlu jaminan hidup dalam jangka panjang berupa tabungan/investasi/asuransi.
- ilmu pengetahuannya utk tak sekedar bisa survive, bahkan harus overcome dalam kehidupannya,
- akhlaknya yg teguh dlm menjalani hidup agar kelak bertemu di tempat yg sama dg yg kita janjikan nantinya
3. Bekal untuk jarak dekatnya utk yg akan bepergian.
Sifat bekal adalah utk urusan duniawi, misal progres dan tanggung jawab pekerjaan2nya shg tidak membebani siapapun yg kelak jadi penerusnya.
Tak hanya yg intern dalam diri sendiri, namun juga yg melibatkan orang lain juga harus disiapkan.
Mencerdaskan anak buah dan anak didik adalah salah satu contohnya.
4. Bekal untuk jangka panjangnya utk yg akan bepergian.
Inilah bekal yg akan dibawa masing2 utk melalui alam barzah hingga sampai alam akhir.
Kelas mana yg kita pilih nantinya tergantung dari bekal ke-4 ini.
Jika ingin kelas VVIP yg eksklusif dan serba nyaman, ya tentu harus ikhlas doa dan niatnya, berlebih-lebih amalannya, tegak akhlak dan iman taqwanya, tak tertinggal wajib dan sunnahnya, terperhatikan amal muamalahnya.
Jika sekedar kelas Bisnis atau ekonomi, ya asal serba baik saja ketaqwaannya mungkin cukuplah.
Jika suka perjalanan akhir yg penuh "tantangan" dan pengin merasakan kelas "adventuring" yg penuh siksaan, justru lebih gampang bekalnya ... Eh, malah nggak usah menyiapkan apa2. Hehehehe, siapa tahu tetap bisa eksis dan survive. Siapa tahu ya?
Coba disimak sebuah syair lagu Acil Bimbo berikut ini (kalau paham lagunya, bolehlah sambil dinyanyikan, asal tidak mengganggu orang di sekitarnya) :
Hidup bagaikan garis lurus, tak pernah kembali ke masa yang lalu
Hidup bukan bulatan bola yang tiada ujung dan tiada pangkal
Hidup ini merangkak terus, semakin mendekat ke titik terakhir
setiap langkah hilanglah jatah menikmati hidup nikmat di dunia
Pesan nabi tentang mati
jangan takut mati karna pasti terjadi
Setiap insan pasti mati, hanya soal waktu
Pesan nabi tentang mati
janganlah minta mati datang kepadamu
dan janganlah kau berbuat menyebabkan mati
Tiga rahasia Illahi yang berkaitan dengan hidup manusia
Kesatu tentang kelahiran
Kedua pernikahan
Ketiga kematian
Penuhi hidup dengan cinta, ingatkan diri saat untuk berpisah
Tegakkan sholat lima waktu dan ingatkan diri saat disholatkan
Pesan Nabi jangan takut mati
meski kau sembunyi, dia menghampiri
takutlah pada kehidupan sesudah kau mati
Renungkanlah itu
Selamat bersiap-siap, Kawan!
1st December 2013 ...
ditulis ulang sbg kenangan bersama abah H. Setiyanto