Kita dilarang untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan cara
tergesa-gesa, sebagaimana disyariatkan dalam sunnah sebagai berikut :
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari syaitan.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro.
Diriwayatkan
pula oleh Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa
hadits ini hasan. Diriwayatkan pula oleh Turmudzi dalam Sunan Turmudzi
Bab Maa Jaa fii al-Ta'anni wa al-'Ajalah hadis no. 1935 dan juga
terdapat dalam al-Muntaqa syarh Muwattha' Malik.
Tergesa-gesa
adalah kondisi psikologis seseorang yang secara emosional ingin
cepat-cepat melakukan sesuatu, kosong dari pertimbangan fikiran. Karena
tanpa pertimbangan terlebih dahulu, maka aktivitas yang dilakukannya
juga tidak produktif.
Namun
ternyata diriwayatkan oleh Imam Hatim al Asham, ada lima
ketergesa-gesaan yang baik, bahkan disunnahkan sesuai perintah
Rasulullah SAW.
Siapakah Imam Hatim Al Asham itu?
Nama lengkapnya adalah Abu Abdirrahman Hatim ibn Alwan al-Asham (w. 237 H/751 M).
Menurut
Syaykh Abu Ali ad-Daqaq, imam Hatim dijuluki “al-Asham” (yang tuli),
bukan karena beliau tuli alias tuna rungu, akan tetapi karena beliau
pernah berpura-pura tuli demi menjaga kehormatan seseorang wanita
tamunya.
Alkisah, seorang wanita tengah bertanya
kepada imam Hatim tentang suatu hal. Tapi di tengah perbincangan itu
tanpa disengajakan wanita tersebut buang angin alias kentut. Tentu
wanita itu sangat malu. Imam Hatim tahu akan hal itu, dan sadar bila
wanita itu akan sangat malu kalau dia mengetahuinya. Imam Hatim lalu
mencoba menyembunyikan hal itu dengan pura-pura tidak mendengarnya.
"Bisakah kau mengatakannya lebih keras lagi? Aku tidak mendengarnya.
Telingaku ini kurang jelas mendengar perkataanmu." begitu ujar Imam
Hatim dalam rangka menutupi aib wanita tsb.
Kembali lagi ... Apa saja lima ketergesa-gesaan yang disunnahkan tersebut? Yaitu :
1. Segera bertaubat dari dosa jika terlanjur melakukan dosa tsb.
Bahkan
tak cukup hanya berkata "Astaghfirullah" saja, melainkan juga diniatkan
dengan sungguh-sungguh untuk tidak akan mengulanginya lagi, sampai
dengan menghindarkan diri dari hal-hal yang berdekatan dengan
pengulangan dosa tsb. Semisal telanjur ikut melakukan ghibah, maka
selain mengucap istighfar, berniat tidak mengulang, maka juga
dilanjutkan dengan menghindari ajakan-ajakan atau suasana yang bisa
mengantarkan kepada ghibah itu kembali.
2. Segera menjamu tamu, apabila tamu tersebut telah memasuki rumah.
Dalam istilah Jawa juga dikatakan "gupuh, aruh-aruh, lungguh lan suguh".
Adapun
kesungguhan niat memuliakan tamu tersebut pada dasarnya justru akan
membawa kita kepada kelancaran rizqi kita sendiri, sebagaimana sunnah
Rasul "Seorang tamu yang dijamu, akan membawa rezeki dan menghapus dosa semua anggota penghuni rumah". (HR. Tirmidzi)."
3. Segera mengurus jenazah jika sudah jelas sebab kematiannya.
Dianjurkan
kepada para ibu, untuk takziahnya agar tidak sekedar seperti setor
beras saja, melainkan meluangkan waktu sesaat untuk ikut menenangkan
hati para ahli waris, dan juga mendoakan keluarganya.
Dianjurkan
kepada para bapak untuk mensucikan diri / berwudlu sebelum menuju ke
tempat takziah, dengan maksud untuk dapat ikut mensholati jenazah ybs.
Afdholnya, jamaah sholat jenazah tsb dibuat tiga shaf. Jika pun
jamaahnya banyak, dapat dilakukan berganti-gantian.
Terkandung
maksud pula untuk menyenangkan para ahli warisnya sehingga lebih tenang
dan bahagia sepeninggal jenazah tsb, dengan fikiran bahwa
almarhum/almarhumah dihormati oleh banyak jamaah di dunianya.
4. Segera membayar hutang jika telah tiba waktu atau jatuh tempo pembayarannya.
Jika
ekonomi kita tidak sulit, tentulah kita tidak perlu berhutang. Namun
bilamana kita terpaksa berhutang, dan masih juga kesulitan melunasinya
saat tiba jatuh temponya, janganlah pernah kemudian menghindar dengan
alasan malu dan sebagainya.
Celaka lagi, jika bukannya
malu namun justru malah menutupi dengan menjelek-jelekkan si pemberi
hutang. Bahkan sampai tega mendzaliminya. Naudzubillahi min dzalik.
Padahal yang seperti inilah yang semakin marak di kalangan masyarakat
kita saat ini.
Sepatutnya bilamana kita masih
kesulitan membayar hutang tsb, maka beberapa hari sebelum jatuh temponya
segera menyampaikan dengan berterus terang perihal kesulitannya, dengan
tetap berkomitmen untuk segera membayar hutang bilamana telah ada
kecukupan untuk pembayarannya.
5. Segera menikahkan anak perempuannya jika sudah baligh dan jelas jodohnya.
Menjadi
keprihatinan kita bersama bilamana saat ini perzinahan di kalangan
generasi muda ini sudah kelewat batas. Nilai keperawanan kadang begitu
murahnya, ... secara ironis bisa disamakan dengan harga semangkok bakso
dan segelas air es teh manis (menu yang umum dipesan saat dua insan
berpacaran sebelum nikah). Naudzubillah.
Maka kewajiban
dari orang tua yang telah memiliki anak perempuan yg sudah baligh untuk
mensegerakan menikahkan anak perempuannya tsb, apalagi jika sudah jelas
jodohnya.
Memang kesalah kaprahan di masyarakat kita
yang kadang menyulitkan kita sendiri. Walimatul Ursy sesungguhnya tidak
mengharuskan dilakukan dengan menyebar ratusan undangan yang
se-eksemplarnya senilai minimal 25.000 rupiah. Tidak harus di gedung
aula, dengan segala gebyar pesta, kostum, catering, dandanan perias yang
mahal, dsb, dsb. Pernikahan itu sudah syah jika ada pengantin laki-laki
dan perempuan, wali yang menikahkan, petugas negara yang mencatat
pernikahan tsb, dua orang saksi, dan mahar/mas kawin. Dan nilai mas
kawinnya pun tak perlu besar, hutang dulu pun boleh.
Lebih
sederhananya cukup dilakukan langsung di KUA dengan membawa serta 2
saksi utama, (sehingga pak penghulu tak perlu repot-repot ke sana ke
mari menikahkan orang yang terkadang berjauhan lokasi resepsinya), dan
selanjutnya cukup diumumkan di rumah bersama keluarga serta tetangga.
Jamuan secukupnya saja. Kalau memang ada kelebihan rejeki, ya silakan
saja sewajarnya menghormati tamu undangan dari keluarga, teman dan
tetangga. (Nggak usah menyediakan celengan yang gede segala, seperti
berharap balik modal yang malah merepotkan tamu-tamu kita)
Demikianlah
semoga kiranya kita dijauhkan dari sifat ketergesa-gesaan yang berasal
dari syaithan, melainkan makin bertambah-tambah kesabaran kita, dan pula
kita dapat selalu melaksanakan lima ketergesa-gesaan yang disunnahkan
tersebut.
Catatan OMG ... Catatan Oleh-oleh dari Masjid, Gus!
Pengajian Malam Rebo Legi, Masjid Nurul Dholam, PG. Lestari - Patianrowo Nganjuk - 1 April 2014
Pembicara Gus Ni'am Badri dari Baron Nganjuk