Menjelang akhir tahun ini Nenek Liam ingin membeli guci kecil cantik dg
penutupnya di satu stand toko di Pasar Atum Surabaya. Guci yang lama
pecah ditabrak oleh kucing peliharaannya.
Meskipun sudah berumur 78 tahun, namun ibu dari 12 anak dan nenek
dari 30 cucu ini masih tampak gesit dalam mengerjakan pekerjaan di
rumah. Wajahnya selalu ceria, kapan pun
dan di mana pun dia pergi, aura kegembiraan selalu dibagikan kepada
orang2 di sekelilingnya. Semua orang hanya tahu bahwa Nenek Liam selalu
gembira.
Lalu apakah nenek Liam tak pernah bersedih atau marah?
Tentu saja nenek Liam bisa sedih, jengkel ataupun marah. Ketika
suaminya dan bahkan dua anaknya meninggal mendahuluinya, nenek liam
bahkan sangat bersedih. Namun di saat-saat itu semua orang juga melihat
Nenek Liam justru selalu tersenyum.
Rahasia semua itu adalah guci kecil yg ada di kamarnya. Demikian
sebagaimana dituturkannya rahasia tsb kepada anak-anak dan cucu-cucunya.
Kenapa dengan guci itu? Ternyata di situlah selama ini Nenek Liam
menumpahkan segala rasa sedih dan rasa marahnya. Sambil dia mengadukan
nasibnya kepada Tuhan untuk mendapatkan pertolongan, dia meledakkan
semua emosinya lewat suara ke dalam guci itu, seolah guci itu adalah
telinga dari Tuhan. Usai meraung, meratap ataupun memaki sejadi-jadinya,
guci itu kemudian dicucinya. Dibersihkan lagi, dan disimpan lagi.
Seperti halnya isi dari guci itu yg selalu kosong, demikian pula
perasaan nenek liam yg dengan cepat melupakan segala rasa sedih atau
marahnya, hilang begitu saja. Jika ada yg membuat kesalahan kepada nenek
liam, maka segera dia memaafkan semua kesalahan tsb, tanpa harus
menunggu orang tsb meminta maaf kepadanya.
"Aku hanya ingin membawa kegembiraanku saja kemana-mana, yg selain
itu aku tinggalkan dalam guci ini, terlalu berat jika aku menggembolnya
kemana-mana. Dan apa saja yg ada dalam guci itu, entahlah, aku sendiri
juga sudah tidak mengingatnya."
Lalu bagaimana kalau pas tinggal di rumah anaknya, Nek? Gampang
saja, aku bisa pinjam gelas atau mangkuk atau wadah seadanya, toh sama
saja.
Watutulis, 15 Desember 2013.