Alkisah, hiduplah 2 orang yg saling bersahabat, sejak bersama di
bangku sekolah hingga akhirnya sama-sama bekerja di sebuah perusahaan.
Sebut saja nama mereka Tono dan Toni. Ketika di awal masa-masa bekerja
yg masih sulit, Tono dan Toni ini begitu rukunnya. Tinggal di kontrakan
rumah yg sama, keluar makan bersama, bahkan dikejar-kejar penagih utang juga bersama, hehehe ... Pokoknya susah senang mereka selalu bersama.
Namun setelah berjalan 10 tahun, nasib baik mulai membuat Tono dan Toni ini terpisahkan. Tono karena kepandaian, kejujurannya dan kegigihannya, cepat sekali meraih karir yg lebih tinggi, hingga sekarang sudah dipercaya menjadi General Manager di salah satu kantor cabang perusahaannya. Sedangkan Toni, karena bawaan sifatnya yg mudah menyerah dan gampang mengeluh, akhirnya tertinggal dua level di bawahnya.
Suatu ketika, Tono dan Toni berkumpul kembali di kantor cabang yang sama. Namun persahabatan yg dulu indah, sekarang mulai diwarnai kecemburuan Toni kepada karir sukses Tono. Hingga akhirnya entah dibisiki setan dari mana, Toni menyebarkan fitnah tentang Tono yang dampaknya hingga membuat Tono diberhentikan dari jabatannya. Dan Toni lah yg kemudian menggantikan menduduki jabatan Tono.
Setelah diberhentikan dari perusahaan itu dan mungkin juga didorong rasa kecewa yg sangat dalam atas perilaku Toni yg telah mengkhianati persahabatan mereka, terkisahkan Tono kemudian jatuh sakit yg sangat parah. Tubuh lemahnya tergolek tak berdaya hingga berbulan-bulan. Dan ketika mendengar kondisi sahabat karibnya yg semakin kritis itu, barulah Toni sadar akan kesalahan terbesarnya kepada sahabat terbaiknya itu.
Siang yang terik itu Toni datang menemui Tono yang hampir sekarat. Ia ingin mohon ampun atas kesalahannya dan ingin menggantikan apa yg telah dirampasnya dari Tono. Mendengar permohonannya itu, Tono hanya tersenyum dan berusaha membisikkan sesuatu.
"Aku akan memaafkanmu, namun bila kau bisa memenuhi 2 permintaanku." jawab Tono
"Baiklah, apapun akan aku lakukan demi dirimu, kawan." Toni menyanggupi dengan tegas.
"Ambillah bantalku ini, bawalah ke atas atap rumahku, lalu sebarkanlah kapuk yg ada di dalamnya ini ke segala penjuru. Itu permintaan pertamaku." Tono menjelaskan sambil tersenyum.
Dengan gagahnya Toni melaksanakan permintaan pertama yg mudah itu. Kebetulan angin sedang bertiup kencang di atas atap rumah itu sehingga tak perlu waktu lama bantal kapuk itu telah terburai, dengan kapuknya tersebar hingga jauuuuuuh tertiup angin.
"Tono, aku sudah melaksanakan permintaanmu yg pertama, lalu apa lagi permintaanmu, kawan?"
Selanjutnya Tono kemudian menjelaskan permintaan keduanya. Ia meminta Toni untuk mengumpulkan kapuk yang telah tersebar tadi, sehingga bantal kapuk itu menjadi utuh kembali. Seketika wajah Toni pucat mendengar permintaan kedua tersebut, karena ia tak mungkin dapat memenuhinya. Tak ayal ia pun tersungkur bersimpuh di kaki Tono untuk memohon maaf dan ampunan Tono.
"Ampuuuuun, kawan. Aku tak mungkin memenuhi permintaan keduamu ini. Ampun kawan, maafkanlah aku." tangis Toni memohon ampunan dari Tono.
"Toni kawanku, sesungguhnya di dalam lubuk hatiku aku telah memafkan dirimu, karena bagaimanapun kau adalah sahabat karibku. Namun ketahuilah, bahwa dari hasil fitnahmu itu dampaknya masih akan ada di mana-mana, sebagaimana kapuk yg telah kau sebarkan hingga tertiup angin ke mana-mana itu."
Diceritakan kembali utk mjd pengingat kita bersama,
Watutulis, 22 Nop '13, dalam guyuran rintik hujan di sore hari
Namun setelah berjalan 10 tahun, nasib baik mulai membuat Tono dan Toni ini terpisahkan. Tono karena kepandaian, kejujurannya dan kegigihannya, cepat sekali meraih karir yg lebih tinggi, hingga sekarang sudah dipercaya menjadi General Manager di salah satu kantor cabang perusahaannya. Sedangkan Toni, karena bawaan sifatnya yg mudah menyerah dan gampang mengeluh, akhirnya tertinggal dua level di bawahnya.
Suatu ketika, Tono dan Toni berkumpul kembali di kantor cabang yang sama. Namun persahabatan yg dulu indah, sekarang mulai diwarnai kecemburuan Toni kepada karir sukses Tono. Hingga akhirnya entah dibisiki setan dari mana, Toni menyebarkan fitnah tentang Tono yang dampaknya hingga membuat Tono diberhentikan dari jabatannya. Dan Toni lah yg kemudian menggantikan menduduki jabatan Tono.
Setelah diberhentikan dari perusahaan itu dan mungkin juga didorong rasa kecewa yg sangat dalam atas perilaku Toni yg telah mengkhianati persahabatan mereka, terkisahkan Tono kemudian jatuh sakit yg sangat parah. Tubuh lemahnya tergolek tak berdaya hingga berbulan-bulan. Dan ketika mendengar kondisi sahabat karibnya yg semakin kritis itu, barulah Toni sadar akan kesalahan terbesarnya kepada sahabat terbaiknya itu.
Siang yang terik itu Toni datang menemui Tono yang hampir sekarat. Ia ingin mohon ampun atas kesalahannya dan ingin menggantikan apa yg telah dirampasnya dari Tono. Mendengar permohonannya itu, Tono hanya tersenyum dan berusaha membisikkan sesuatu.
"Aku akan memaafkanmu, namun bila kau bisa memenuhi 2 permintaanku." jawab Tono
"Baiklah, apapun akan aku lakukan demi dirimu, kawan." Toni menyanggupi dengan tegas.
"Ambillah bantalku ini, bawalah ke atas atap rumahku, lalu sebarkanlah kapuk yg ada di dalamnya ini ke segala penjuru. Itu permintaan pertamaku." Tono menjelaskan sambil tersenyum.
Dengan gagahnya Toni melaksanakan permintaan pertama yg mudah itu. Kebetulan angin sedang bertiup kencang di atas atap rumah itu sehingga tak perlu waktu lama bantal kapuk itu telah terburai, dengan kapuknya tersebar hingga jauuuuuuh tertiup angin.
"Tono, aku sudah melaksanakan permintaanmu yg pertama, lalu apa lagi permintaanmu, kawan?"
Selanjutnya Tono kemudian menjelaskan permintaan keduanya. Ia meminta Toni untuk mengumpulkan kapuk yang telah tersebar tadi, sehingga bantal kapuk itu menjadi utuh kembali. Seketika wajah Toni pucat mendengar permintaan kedua tersebut, karena ia tak mungkin dapat memenuhinya. Tak ayal ia pun tersungkur bersimpuh di kaki Tono untuk memohon maaf dan ampunan Tono.
"Ampuuuuun, kawan. Aku tak mungkin memenuhi permintaan keduamu ini. Ampun kawan, maafkanlah aku." tangis Toni memohon ampunan dari Tono.
"Toni kawanku, sesungguhnya di dalam lubuk hatiku aku telah memafkan dirimu, karena bagaimanapun kau adalah sahabat karibku. Namun ketahuilah, bahwa dari hasil fitnahmu itu dampaknya masih akan ada di mana-mana, sebagaimana kapuk yg telah kau sebarkan hingga tertiup angin ke mana-mana itu."
Diceritakan kembali utk mjd pengingat kita bersama,
Watutulis, 22 Nop '13, dalam guyuran rintik hujan di sore hari