ketika listrik PLN padam kemarin, jadi ingat lagi cerita ini ... maaf kalo re-post ya
Alkisah, ada seorang gadis keluarga berada yang rumahnya bersebelahan dengan rumah keluarga yang miskin. Sebut saja namanya Ratna. Pada suatu malam, saat tengah belajar dan sendirian di rumah, tiba-tiba listrik di wilayah itu padam. Bergegaslah Ratna mencari penerangan seadanya di rumah tsb. Seingatnya, masih ada beberapa lilin di laci meja dapur. Saat Ratna melintas menuju dapur, pintu rumahnya diketuk-ketuk.
"Mbak Ratna, mbak ratna!" Panggil suara di balik pintu itu dengan nada cemas.
Suara itu suaranya anak keluarga miskin di sebelah. Dengan enggan Ratna membukakan pintu dan menanyakan keperluan anak tsb.
"Mbak Ratna punya lilin?" Tanya anak miskin tsb masih dengan cemas.
Pikir Ratna, kalo dijawab ada, pasti anak ini akan memintanya. Padahal belum tentu listrik ini menyala lagi secepatnya. Lagipula kalau dibiarkan, bisa jadi kebiasaan minta-minta terus ke rumahnya. Maka dijawabnyalah dengan tegas.
"Nggak ada, dik. Maaf ya!".
Namun sang anak tadi justru berujar begini.
"Sudah aku duga mbak Ratna tidak punya lilin. Ini aku bawakan 3 biji, semoga cukup untuk keperluan mbak Ratna. Sudah ya mbak!" Katanya sambil menyodorkan lilin-lilin di genggamannya ke tangan Ratna, yang masih ternganga kaget dan mulai berlinangan air mata karena haru dan menyesal atas buruk sangkanya.
catatan kaki : "jangan jadikan hatimu gelap karena buruk sangkamu"
Alkisah, ada seorang gadis keluarga berada yang rumahnya bersebelahan dengan rumah keluarga yang miskin. Sebut saja namanya Ratna. Pada suatu malam, saat tengah belajar dan sendirian di rumah, tiba-tiba listrik di wilayah itu padam. Bergegaslah Ratna mencari penerangan seadanya di rumah tsb. Seingatnya, masih ada beberapa lilin di laci meja dapur. Saat Ratna melintas menuju dapur, pintu rumahnya diketuk-ketuk.
"Mbak Ratna, mbak ratna!" Panggil suara di balik pintu itu dengan nada cemas.
Suara itu suaranya anak keluarga miskin di sebelah. Dengan enggan Ratna membukakan pintu dan menanyakan keperluan anak tsb.
"Mbak Ratna punya lilin?" Tanya anak miskin tsb masih dengan cemas.
Pikir Ratna, kalo dijawab ada, pasti anak ini akan memintanya. Padahal belum tentu listrik ini menyala lagi secepatnya. Lagipula kalau dibiarkan, bisa jadi kebiasaan minta-minta terus ke rumahnya. Maka dijawabnyalah dengan tegas.
"Nggak ada, dik. Maaf ya!".
Namun sang anak tadi justru berujar begini.
"Sudah aku duga mbak Ratna tidak punya lilin. Ini aku bawakan 3 biji, semoga cukup untuk keperluan mbak Ratna. Sudah ya mbak!" Katanya sambil menyodorkan lilin-lilin di genggamannya ke tangan Ratna, yang masih ternganga kaget dan mulai berlinangan air mata karena haru dan menyesal atas buruk sangkanya.
catatan kaki : "jangan jadikan hatimu gelap karena buruk sangkamu"