Pagi itu sepulang dari masjid, Rasulullah SAW menikmati hidangan makan pagi yang telah disiapkan oleh Ummul Mukminin Aisyah R.A. Namun hidangan yang tak seberapa banyak itu pun tak dihabiskan seketika oleh Rasulullah. Seperempat bagian yang masih tersisa itu beliau bungkus kembali untuk beliau bawa ke pasar di Madinah itu.
Di pasar itu, Rasulullah menjumpai seorang nenek buta yang berprofesi sebagai pengemis. Begitu beliau menjumpainya, disentuhlah tangan nenek buta itu untuk menyapa dan memberitahunya bahwa beliau sudah tiba seperti biasanya. Rasulullah kemudian bersimpuh di depan nenek buta itu untuk membuka bungkusan makanan beliau.
Nenek buta itu bukanlah wanita mukminin. Dia seorang kafir, yang bahkan mulutnya tak berhenti-hentinya meracau kepada lelaki yang sedang menyuapinya maupun orang-orang pasar di sekitarnya.
"Aku beritahukan kepadamu, hati-hatilah dengan lelaki bernama Muhammad itu. Dia itu penghasut. Dia itu tukang sihir. Penipu. Kau akan disesatkannya jika kau turuti omongannya." Kalimat itu terus diulang-ulangnya, dan hanya berhenti sesaat ketika tangan Rasulullah dengan lembut menyuapinya tanpa mengeluarkan kata-kata apapun. Demikian terus hingga suap terakhir, dan Rasulullah kemudian menyapu membersihkan mulut dan wajah nenek buta itu.
Selesai menyuapi dan memberikan minuman, Rasulullah Saw kemudian menyentuh tangan wanita tua buta tadi sebagai tanda mohon diri. Si nenek buta pun mengangguk-angguk tanda berterima kasih telah dirawat oleh lelaki di hadapannya itu.
Kegiatan itu rutin dilakukan Rasulullah Saw setiap hari bilamana beliau ada di Madinah. Hingga akhirnya Rasulullah wafat, nenek buta tadi masih saja seperti itu.
Suatu hari, Abu Bakar R.A berkeinginan untuk mengamalkan seluruh amalan Rasulullah SAW, hingga Ummul Mukminin Aisyah R.A memberikan petunjuk satu amalan yang belum diikuti oleh Abu Bakar R.A yaitu merawat nenrk buta di pasar itu.
Dengan penuh semangat Abu Bakar R.A pun mengikuti petunjuk putrinya itu. Dengan bekal makanan yang ada, Abu Bakar menyuapi nenek buta ini. Tentu saja dengan terus mendengar nenek buta ini meracau mengata-ngatai tentang Muhammad. Namun belum berselang lama, ceracauan nenek buta ini berhenti karena ia memprotes suapan Abu Bakar R.A.
"Siapa kau? Kau bukan lelaki yang biasanya merawatku."
"Bagaimana Anda tahu kalau aku bukan dia?" Tanya Abu Bakar.
"Tentu saja. Suapannya selalu lemah lembut penuh kasih. Makanan yang disuapkannya pun selalu sudah halus, sehingga mudah olehku memakannya. Kau bukan dia. Di mana dia? Aku ingin dia saja yang merawatku."
Sambil menahan emosinya, Abu Bakar pun berkata. "Wahai nenek, ketahuilah bahwa lelaki yang kau maksudkan merawatmu setiap hari itu adalah Rasulullah Muhammad SAW. Dan dia sudah meninggal beberapa hari yang lalu. Aku datang kemari untuk menggantikan beliau untuk merawatmu."
Seketika si nenek buta ini terdiam dan bahkan menangis demi menyadarinya. Setelah cukup dapat menguasai dirinya kembali, si nenek kemudian meminta tolong kepada Abu Bakar untuk menuntunnya mengucapkan dua kalimat syahadat. Begitulah si nenek buta ini beroleh hidayah dan masuk Islam, justru sepeninggal Rasulullah SAW.
Hikmah cerita ini adalah menjadi landasan bagi kita semua untuk terus berdakwah menyerukan amar ma'ruf nahi munkar, tanpa terpengaruh apakah dakwah yang kita sampaikan seketika berbuah hidayah ataupun tidak. Karena hidayah semata-mata adalah dari ridlo kehendak Allah SWT semata