Rabu, 28 November 2012

10 Cara untuk Membesarkan Anak yang Tidak Pemarah


Written by Pelangi TC
Monday, 17 October 2011 17:18



Menjadi orangtua bukanlah pekerjaan yang mudah, semua orangtua pasti setuju dengan pernyataan ini. Terutama jika sudah berhubungan dengan perkembangan emosional anak-anak kita. Ada sepuluh cara yang bisa Anda lakukan untuk membesarkan anak-anak yang tidak pemarah :

1. Menjadi seorang pelatih emosional.
Anda bisa menjadi pelatih yang hebat untuk anak Anda. Ingatlah tips berikut di dalam pikiran Anda:
- Buatlah hal ini menjadi tujuan utama. Ingatlah selalu bahwa anak yang tidak pemarah, biasanya akan tumbuh menjadi orang dewasa yang dewasa secara emosional.
- Selalu aktif dan bersedia membantu saat Anda berinteraksi dengan anak Anda.
- Bersikap proaktif.
- Tekankan hal-hal yang positif.
- Selalu fokus pada solusi daripada masalahnya.

2. Mulailah sedini mungkin dan berbicara kembali.
Perlu diingat, dalam membesarkan anak yang tidak pemarah, tidak ada kata ‘terlalu cepat’. Ini dapat dimulai pada saat anak berusia 3 bulan, saat bayi mulai bisa mengkomunikasikan emosi tentang apa yang mereka inginkan. Itulah saat dimana Anda perlu untuk berbicara kembali kepada anak Anda. Kata-kata dan nada suara Anda yang menenangkan memberi arti bahwa Anda nyaman dengan emosi Anda dan anak. Jangan tunjukkan bahwa Anda takut dengan kemarahan anak Anda. Hal itu akan membuat anak Anda menyalahgunakan kemarahan yang ia miliki.

3. Ciptakan “waktu mendidik”.
Jangan menunggu sampai anak Anda sedang marah untuk mengajarkannya cara mengontrol emosi. Ambil inisiatif dan buatlah kesempatan sehingga mereka dapat belajar untuk mengatasi perasaan-perasaan negatif. Anda bisa menciptakan “waktu mendidik” dengan cara mengajak anak Anda bermain sebuah game. Saat ia mengalami kekalahan atau merasa dicurangi, itulah saat dimana Anda bisa memancing mereka untuk mengkomunikasikan emosi yang mereka rasakan.

4. Jadilah contoh yang positif.
Perlu diingat, Anda tidak dapat mengajarkan sesuatu yang tidak dapat Anda lakukan. Maksudnya, jika Anda sendiri tidak dapat mengontrol emosi, bagaimana Anda bisa mengharapkan anak Anda dapat melakukannya? Jika Anda ingin anak-anak Anda tumbuh menjadi seorang dewasa tanpa tabiat buruk, cobalah untuk menjadi orangtua yang penyayang, hangat, dekat, lembut, tenang, dan santai.

5. Letakkan “aku” di dalam emosi.
Selalu koreksi anak Anda saat ia mengatakan sesuatu seperti, “dia bikin aku marah!” sebagai gantinya, ajari ia untuk mengatakan, “aku marah saat dia …” ini adalah inti dari pengontrolan diri, yaitu bertanggung jawab atas emosi yang kita rasakan. Anak-anak harus mengerti sedini mungkin bahwa tidak ada siapapun yang memiliki kekuatan untuk membuat mereka merasakan sesuatu, baik itu rasa takut, marah, sedih, ataupun gembira. Kekuatan tersebut berada di dalam diri mereka sendiri.

6. Pelabelan perasaan yang tepat.
Sebelum anak Anda dapat mengekspresikan perasaannya dengan cara yang tepat dan membangun, ia perlu sebuah kamus emosi. Anda perlu mengajarinya untuk mendeskripsikan sejelas mungkin apa yang sebenarnya ia rasakan, dan lalu membantunya menemukan label / nama yang tepat dengan emosi yang dirasakannya.

7. Identifikasi penyebab.
Jangan hanya berpuas hati ketika buah hati Anda dapat mengidentifikasi dengan tepat apa yang sedang ia rasakan; selanjutnya tanyakanlah kepadanya, mengapa ia merasakan perasaan itu. Anda mungkin sering berpikir bahwa Anda mengetahui mengapa anak Anda marah, tetapi seringkali Anda salah. Jangan berasumsi. Bertanyalah.

8. Ajari anak teknik pemecahan masalah.
Mengatasi emosi negatif merupakan keterampilan yang harus dipelajari oleh anak Anda. Mereka membutuhkan bantuan untuk mengatasi perasaan negatif dan juga penyebabnya. Fokuskan pemecahan masalah dengan cara yang konstruktif dan tidak agresif.

9. Pilihlah alternatif ketiga.
Ada dua alternatif ketika seseorang sedang menghadapi sebuah masalah / emosi negatif. Ini disebut dengan fight-or-flight response. Flight berarti mereka menghindar dari sumber kemarahan dan memilih untuk tidak berurusan dengan hal tersebut. Fight berarti mereka menyerang sumber kemarahannya secara langsung, baik secara fisik maupun verbal. Alternatif ketiga yang disarankan disini adalah “pergi menghindar di awal, tapi kemudian kembali lagi untuk membahas masalahnya.”

10. Ajari anak perbedaan antara “menginginkan” dan “mendapatkan”.
Anak-anak perlu diajari sedini mungkin perbedaan antara “menginginkan sesuatu” dan “mendapatkan sesuatu”. Sesekali mengatakan ‘tidak’ kepada anak Anda adalah sesuatu hal yang perlu. Kadang, anak Anda akan menerima kata ‘tidak’ dari seseorang, dan ia perlu mengetahui bagaimana merespon ketika ia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan.

(disadur dari Anger Management for Dummies – W. Doyle Gentry, PhD)