Rabu, 09 Agustus 2017

Riset Buktikan Okra Atasi Diabetes (Bukti Empiris dan Riset Ilmiah)


Belakangan Salha mudah lelah dan sering mengantuk, terutama ketika mengikuti pengajian. Pada malam hari perempuan 54 tahun itu justru tidak dapat tidur nyenyak lantaran kerap mondar mandir ke peturasan. Itu sangat mengganggu karena Salha masih aktif menyelesaikan pekerjaan rumah. Jika membaringkan tubuh pada pukul 22.00, ia tidak bisa langsung tertidur hingga sejam lebih.

Biang kerok gangguan itu adalah kadar gula darah Salha yang melambung hingga 300 mg per dl. Kadar gula darah idealnya kurang dari 200 mg per dl. Perempuan kelahiran 1962 itu positif mengidap diabetes mellitus pada 2014. Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit dr.Soetomo, Surabaya, Dr dr Arijanto Jonosewojo SpPD FINASIM, gejala awal diabetes mellitus antara lain mudah lelah, sering haus, dan kerap berkemih persis pengalaman Salha.



Buah Okra
Menurut Arijanto Jonosewojo pemicu kerap berkemih, “Gula dalam darah menyerap cairan. Tubuh merespons dengan merasa haus agar penderita minum untuk menggantikan cairan yang terserap darah”. Lantaran terlalu banyak minum, cairan tubuh berlebih sehingga penderita diabetes kerap berkemih untuk membuang kelebihan itu. Pembuangan kelebihan cairan melalui air kemih terjadi ketika penderita tidur lantaran saat itu aktivitas berkurang.

“Saat tubuh beraktivitas, terjadi pengeluaran cairan dari kulit dalam bentuk keringat dan dan dari paru – paru dalam bentuk uap air,” kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, itu. Wajar saat tidur pengidap kencing manis terganggu untuk bolak – balik ke kamar mandi. Pemicu diabetes antara lain pola hidup minim gerak, konsumsi makanan kaya trigliserida, dan kurang olahraga.

Untuk mengatasi diabetes mellitus, Salha merajang 2 buah okra berukuran sedang dan merendam dalam air matang hingga 1 – 2 jam. Setelah itu ia mengonsumsi air infusan buah okra. Setiap hari ia menghabiskan 2 – 3 gelas air rendaman okra. Salha disiplin mengonsumsi hingga merasakan perubahan signifikan. Dalam beberapa bulan, Salha merasakan frekuensi berkemih pada malam hari kian berkurang.

Semula ia terbangun 2 – 3 kali setiap malam, kini ia bisa tidur nyenyak sampai pagi. Salha juga merasa lebih bugar. Ketika mengikuti pengajian, ia tak lagi mudah mengantuk. Perubahan membaik itu seiring dengan penurunan kadar gula darah Salha. Sayang, ia tidak pernah mengukur ulang kadar gula darag dalam tubuhnya. ”Bagi saya sederhana saja, kalau dulu badan terasa lemas sekarang lebih segar, berarti dulu sakit sekarang sehat,” kata Salha.

Konsumsi Kukus
Cara lain memperoleh khasiat antidiabetes mellitus dengan mengonsumsi buah okra sebagaimana pengalaman Buchori, Mantan Instruktur di Sekolah Calon Bintara Resimen Induk Komando Daerah Militer (Secaba Rindami V Brawijaya, Jember, Jawa Timur, mengidap diabetes mellitus setelah pensiun pada 1999. Ketika aktif bekerja Buchori terbiasa dengan aktivitas fisik. Setelah pensiun Buchori kesulitan menyesuaikan diri.

“Dulu setiap pagi lari dan membimbing siswa, setelah pensiun kaget,” kata Widi Astutik, putri kedua Buchori. Kadar gula Buchori membubung hingga 500 mg per dl. Bahkan, pernah 600 mg per dl. Buchori mulai mengonsumsi okra muda kukus plus sambal pecel atau dalam bentuk gado – gado untuk sarapan atau makan malam. Widi rutin mengukus 6 – 10 buah okra muda sepanjang 7 cm untuk sekali makan ayahnya.

Ia memang menanam okra di pekarangan rumahnya di Desa Rowotamtu, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Setelah disiplin mengonsumsi buah okra kondisi Buchori membaik. ”Tubuhnya terasa lebih segar dan enak untuk beraktivitas. Padahal tadinya mau apa – apa malas karena rasanya lemas,” ungkap Widi mengisahkan perubahan Buchori.

Perlahan tubuhnya pun kembali berisi. Kemajuan paling pesat tampak setahun setelah mulai konsumsi. Kini ayah 3 anak itu aktif mengikuti kegiatan keagamaan dan sosial di sekitar rumahnya. Pemeriksaan terakhir di laboratorium klinik beberapa bulan silam menunjukkan, kadar gula darah purnawirawan Angkatan Darat itu 200 mg per dl. Fakta empiris itu bukti bahwa buah okra berkhasiat mengatasi diabetes mellitus.

Fakta Ilmiah
Baik Salha maupun Buchori semula menggantungkan harapan kesembuhan pada obat – obatan resep dokter. Salha mengonsumsi obat dari dokter selama setahun. Buchori, 3 tahun. Namun, ketika itu kadar gula darah mereka tak kunjung stabil. Setelah mengonsumsi okra, kadar gula Buchori kembali normal. Adapun Salha tak lagi merasakan gejala diabetes seperti mengantuk saat pengajian, mudah lelah, kerap terbangun ketika malam hari.

Penderitaan Buchori dan Salha akibat diabetes mellitus memang berakhir manis. Berkat okra kadar gula darah mereka kembali normal. Meski demikian masyarakat tetap harus bijaksana mengonsumsi herbal. Konsumsi okra atau herbal lain harus sesuai dosis anjuran. Itulah sebabnya diabetesi sebaiknya juga berkonsultasi ke herbalis atau dokter.

Setahun terakhir okra sebagai antidiabtes mellitus memang menjadi buah bibir. Informasi mengenai khasiat si Jari lentik itu bagai virus yang cepat menyebar bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Testimoni kesembuhan diabetes setelah konsumsi okra pun merebak seperti kisah Buchori dan Salha. Kesembuhan mereka dari diabetes mellitus bukan kebetulan belaka.

Itu sesuai dengan riset ilmiah oleh para peneliti. Ben Chioma dan rekan dari Jurusan Ilmu Kesehatan Universitas Rivers State, Nigeria, membandingkan efek ekstrak air okra, tepung okra, dan obat diabetes standar glibenklamid terhadap hewan uji yang menderita diabetes akibat penyuntikan aloksan.

Ben membuat ekstrak air itu hanya dengan memotong kedua ujung buah okra lalu merendamnya dalam air bersih semalaman – cara sama membuat air infus. Penelitian selama 14 hari itu menunjukkan bahwa ekstrak air okra efektif menurunkan kadar gula darah hingga 32,2%. Semula kadar gula darah tikus iti 14,9 Mmol/l. Setelah mengonsumsi ekstrak okra turun menjadi 10, 1 Mmol/l.

Sementara glibenklamid memicu penurunan kadar gula darah 26% dari semula 10,4 Mmol/l menjadi 7,6 Mmol/l. Menurut Ben khasiat okra menurunkan gula darah melalui beberapa mekanisme. Ia menyebut penghambatan enzim penyusunan karbohidrat, perbaikan sensitivitas insulin, peremajaan sel – sel rusak di pankreas, dan peningkatan jumlah serta efektivitas insulin.

Ben bukan satu – satunya yang membuktikan keandalan okra mengontrol gula darah. Riset lebih mendalam oleh AJ Uraku dan rekan di Jurusan Biokimia Universitas Ebonyl State, Nigeria. Mereka mengamati bahwa hewan uji diabetes mengalami kenaikan enzim alkalin fostatase (ALP), aspartat aminotransferase (AST), dan alanin aminotransferase (ALT). Pemberian 200 – 800 mg per kg bobot tubuh ekstrak air okra menghambat kenaikan ketiga enzim itu 13 – 27%.

Tim Uraku menemukan gugus, sulfohidril – mirip dengan gugus pembentuk alisin, zat aktif bawang putih. Di tanah air, periset dari Jurusan Farmasi Universitas Islam Bandung, Mita, Desthia juga membuktikan daun okra berkhasiat antidiabetes mellitus.

Populasi Banyak
Tak ada buah, daun okra pun jadi. Periset itu membuktikan pemberian 22,4 mg ekstrak daun okra per 20 g bobot tubuh setara 1.120 mg ekstrak per kg bobot tubuh – mampu menurunkan kadar gula darah. Efek penurunan pemberian daun okra juga relatif cepat, yakni 90 menit

Menurut dr Arijanto okra mengandung serat tinggi dan berkalori rendah. Selain itu indeks glikemik atau angka yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan juga rendah yakni 20. Itu membuat okra bisa mengurangi penyerapan gula dan lemak.”Jika penyerapan gula rendah pasti gula darah menurun,”kata Arijanto.

Menurut dokter penganjur herbal di Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, okra kaya nutrisi. Namun, yang berperan utama dalam penyembuhan berbagai penyakit adalah bahan yang mampu menetralkan oksigen reaktif dalam tubuh. Prapti menyatakan bahwa, “Sifat okra hanya membantu kesembuhan, bukan bahan penyembuh utama,”kata Prapti.

Sejatinya tidak hanya buah okra yang bermanfaat. Riset dan etnobotani okra dari berbagai negara menunjukkan bagian lain pun berkhasiat, mulai dari akar, batang, daun, biji, bahkan lendir batang maupun buah. Khasiatnya pun beragam, bahkan bisa untuk kontrasepsi pria. Konsumsi buah pun terbatas yang muda lantaran buah tua keras dan sama sekali tidak bisa dimakan. Herbalis di Jakarta Utara, Maria Andjarwati, tak membedakan okra merah dan hijau. “Yang tersedia kita nikmati,” kata Andjar.

Penelitian ilmiah buah dan daun okra manjur mengatasi diabetes mellitus sangat menggembirakan. Harap mafhum penderita diabetasi – orang dengan kadar gula darah tinggi – di Indonesia nomor tiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2013 jumlah diabetasi di Indonesia mencapai 1,5% jumlah penduduk berusia lebih dari 15 tahun. Hampir 5% penderita berusia 55 – 64 tahun.

Populasi diabetasi kian melonjak karena perubahan gaya hidup malas bergerak. Efeknya semakin banyak orang muda mengidap gangguan peredaran darah yang selanjutnya memicu penumpukan kolesterol dan menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya diabetes mellitus.

Pemicu lain, perubahan pola hidup secara mendadak, terutama dialami oleh para pensiunan. Menurut Arijanto, ada 2 faktor yang meningkatkan risiko diabetes bagi kaum usia lanjut. Pertama, perlambatan metabolisme tubuh akibat pertambahan usia. Faktor lain adalah perubahan pola hidup, yang banyak dialami pensiunan.

Menurut Arijanto kebanyakan kasus diabetes di masyarakat kini adalah tipe 2 yang diawali resistensi tubuh terhadap insulin. Artinya, “Jumlah insulin yang biasa diproduksi tubuh tidak mencukupi untuk menguraikan kelebihan glukosa dalam darah,” ujar Arijanto. Pankreas harus membuat lebih banyak insulin untuk menormalkan kadar gula darah di kisaran 110 – 140 mg per dl.

Anggota Komisi Nasional Saintifikasi Jamu itu menyatakan bahwa darah harus memiliki gula sebagai sumber energi jaringan yang dilalui. Gula darah kurang dari 90 mg per dl membuat orang terasa lemas dan mudah pusing, hal yang lazim dialami orang berpuasa.

Masyarakat dapat memanfaatkan tanaman kerabat kembang sepatu itu untuk mengontrol gula darah. “Jangan menunggu sakit, baru minum okra. Penekanannya okra sebagai pencegah sakit, agar tidak diabetes dan tidak hiperkolesterol. Namun, jika terlanjur sakit bisa untuk memperbaiki penyakitnya. Dengan catatan tetap minum obat standar,” kata Arijanto.

Meski tanaman okra terbatas, masyarakat dengan mudah membudidayakan di halaman atau di pot. Tanaman anggota famili kapas – kapasan itu tak menuntut perawatan eksra. Ketersediaan bahan organik di media tanam sudah cukup bagi Abelmoschus esculentus untuk rajin berbuah. Untuk penanaman berikutnya, masyarakat bisa memanfaatkan biji dalam buah matang yang kering kecokelatan. Dengan demikian masyarakat tetap dapat menikmati okra yang terbukti manjur mengatasi diabtes mellitus. 


(Argohartono Arie Raharjo/ Peliput: Ian Purnamasari, M Hermawan Nugroho dan Syah Angkasa)
Sumber: Raharjo, dkk, (2016), Okra Atasi Diabetes, Depok: PT Trubus Swadaya