Kadang2 dalam hidup kita, kita sering berpikir, "Ini tdk akan memengaruhiku, bukan masalahku, tak ada urusannya dgnku. Ini masalah orang lain. Not my bussiness!"
Tapi cobalah simak kisah dari biksu Ajahn Brahm di buku "si Cacing"-nya yg ke-3 ini. Sengaja saya ubah di beberapa poin agar mudah kita cerna.
Di sebuah rumah petani, hiduplah seekor tikus yg di setiap malam mencari makan dari sisa-sisa makanan keluarga petani itu. Sebenarnya menguntungkan kan ya, jika ada yg ikut membantu membersihkan sampah di rumah? Tetapi bukan demikian yg ada di pikiran pak petani (demikian juga pikiran kita), tikus itu adalah sesuatu yg harus disingkirkan. Maka petani itu membeli sebuah perangkap tikus.
Si tikus melihat adanya perangkap tikus itu jadi ketakutan, sehingga dia mengadu dan mohon pertolongan kepada si Ayam. Mungkin maksudnya mencari suaka di kandang si Ayam itu, mungkin lho.
Namun apa ternyata jawaban si Ayam? Ia malah berkata "Bukan masalahku. Tak ada hubungannya denganku. Itu urusanmu, Tikus! Pergi sana!"
Karena tdk mendapat simpati dari si Ayam, si Tikus yg bersedih itu mengadu ke si Kambing, yg ternyata menjawab, "Oh, ya memang nasibmu saja yg lagi nggak bagus di sini. Bukan urusanku. Mending pergi saja sana!"
Si Tikus yg putus asa kemudian menemui si Sapi, berharap ada simpati dari hewan besar itu. Namun jawaban si Sapi malah mengejutkan lagi, "Itu barangkali hukum karma bagimu. Sudahlah, kalo tidak mau kena perangkap, kamu jangan hidup di rumah pak Petani itu! Pergi sana!"
Dengan hati yg terluka, si Tikus pun menyingkir dari rumah petani itu.
Di malam itu, tanpa diduga seekor ular masuk ke dalam rumah petani. Nasib sial baginya karena ekornya terjepit perangkap tikus itu. Karena kesakitan, si ular meronta-ronta shg menabrak barang2 yg ada di rumah tsb.
Mendengar suara gaduh, bu petani memeriksa ruangan di mana si ular tsb berada. Yg ternyata dia malah terpatuk ular tsb, shg jatuh sakit.
Keesokan harinya, karena ingin istrinya segera sembuh, pak petani memikirkan sup ayam sbg obat dan makanan bagi istrinya.
Jadilah si ayam dipotong hari itu. Matilah dia!
Beberapa hari kemudian sakitnya bu petani tak kunjung reda malah makin parah. Sanak keluarga datang utk membezuk bu petani. Untuk menjamu keluarga yg cukup banyak, pak petani terpaksa memotong kambing sbg makanan sanak keluarganya.
Jadilah si Kambing dipotong hari itu. Matilah dia!
Rupanya bu petani tak bisa disembuhkan juga, dan akhirnya meninggal. Untuk membiaya acara pemakaman istrinya, terpaksa pak petani harus menyembelih sapi untuk jamuan keluarga dan menjual dagingnya. Jadilah si Sapi juga dipotong hari itu. Matilah dia!
Pesan moral dari cerita ini adalah agar kita lebih mudah peduli dan bersimpati kpd orang lain. Bukan soal hasilnya atau ujung pangkal yg perlu kita permasalahkan, namun proses berpeduli itu yg lebih utama, krn selain memberi makna dalam hati kita dan orang yg kita pedulikan, juga memberi manfaat atas kebersamaan itu sendiri.
Selamat malam semuanya!
inspired by : Ajahn Brahm - Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya jilid 3