Pasangan muda yg baru saja menikah berbulan madu di sebuah villa di pegunungan. Saat sedang asyik berduaan, tiba-tiba terdengar suara dari hutan di dekat villa itu.
"Kweeek ... Kweeek ... Kweeek"
Si wanita langsung berkata, "hei, dengar itu ... Ada suara ayam hutan!"
Si pria langsung membantah (dengan suara lembut), "Ngaco ah, itu jelas suara bebek kan?"
Si wanita kaget, "Kok bebek sih? Ayam lah!"
Si pria suaranya mulai datar, "jangan ngawur, itu bebek"
Terdengar lagi suara tadi, "kweeek .. Kweeek!"
Si wanita, "tu kan, ayam itu! Jelas sekali!"
Si pria mulai bernada tinggi, "itu bebek, sayang!"
Terdengar suara lagi, "kweeek ... Kweeek!"
Si wanita, "aku yakin itu ayam!"
Si pria mulai kehilangan kesabaran, suaranya makin meninggi. Si wanita pun ikutan meninggi tdk mau kalah berpendapat, hingga akhirnya muncullah kata-kata yg tak patut diucapkan seorang suami kepada istrinya, apalagi mereka pasangan yg baru saja menikah.
Terdengar suara lagi, "kweeek ... Kweeek!"
Si wanita sambil menangis tetap berkata, "tapi itu memang suara ayam, kan"
Demi melihat istrinya menangis, si pria langsung diam, dan suaranya menjadi lembut kembali, "ya benar, itu memang suara ayam!"
Dan sang wanita tiba-tiba tersenyum dengan sangat cantik, dan merangkul si pria erat-erat. Ada pancaran bahagia di wajahnya.
Saudaraku, sebenarnya apa yg perlu diributkan soal kebenaran itu. Peduli setan mana, entah ayam entah bebek, kita toh tak membutuhkan mereka si ayam dan si bebek di sisi kita saat ini. Sedangkan orang yg sangat kita cintai, dan jelas2 ada di sisi kita, itulah yg lebih kita inginkan.
Toh belum tentu "kweeek ... Kweeek" itu pasti suara bebek. Buaya atau harimau yang sedang mencari mangsa pun bisa bersandiwara menirukan suara binatang tertentu untuk menjebak mangsanya.
Demikian pula dengan kehidupan yang kita jalani ini, terkadang karena "kebenaran" yg kita pertahankan, justru prioritas utk keluarga, orang2 yg kita cintai, perusahaan, bahkan bangsa dan negara malah kita korbankan, demi "kebenaran" yang belum terbuktikan adanya.
Salam, terkhusus utk saudara-saudaraku yg sedang menikmati indahnya pernikahan mereka, baik yg baruuuuu saja ataupun yg baru beberapa puluh tahun terlalui.
Sumber utama : Biksu Abram dan si Cacing
Si pria langsung membantah (dengan suara lembut), "Ngaco ah, itu jelas suara bebek kan?"
Si wanita kaget, "Kok bebek sih? Ayam lah!"
Si pria suaranya mulai datar, "jangan ngawur, itu bebek"
Terdengar lagi suara tadi, "kweeek .. Kweeek!"
Si wanita, "tu kan, ayam itu! Jelas sekali!"
Si pria mulai bernada tinggi, "itu bebek, sayang!"
Terdengar suara lagi, "kweeek ... Kweeek!"
Si wanita, "aku yakin itu ayam!"
Si pria mulai kehilangan kesabaran, suaranya makin meninggi. Si wanita pun ikutan meninggi tdk mau kalah berpendapat, hingga akhirnya muncullah kata-kata yg tak patut diucapkan seorang suami kepada istrinya, apalagi mereka pasangan yg baru saja menikah.
Terdengar suara lagi, "kweeek ... Kweeek!"
Si wanita sambil menangis tetap berkata, "tapi itu memang suara ayam, kan"
Demi melihat istrinya menangis, si pria langsung diam, dan suaranya menjadi lembut kembali, "ya benar, itu memang suara ayam!"
Dan sang wanita tiba-tiba tersenyum dengan sangat cantik, dan merangkul si pria erat-erat. Ada pancaran bahagia di wajahnya.
Saudaraku, sebenarnya apa yg perlu diributkan soal kebenaran itu. Peduli setan mana, entah ayam entah bebek, kita toh tak membutuhkan mereka si ayam dan si bebek di sisi kita saat ini. Sedangkan orang yg sangat kita cintai, dan jelas2 ada di sisi kita, itulah yg lebih kita inginkan.
Toh belum tentu "kweeek ... Kweeek" itu pasti suara bebek. Buaya atau harimau yang sedang mencari mangsa pun bisa bersandiwara menirukan suara binatang tertentu untuk menjebak mangsanya.
Demikian pula dengan kehidupan yang kita jalani ini, terkadang karena "kebenaran" yg kita pertahankan, justru prioritas utk keluarga, orang2 yg kita cintai, perusahaan, bahkan bangsa dan negara malah kita korbankan, demi "kebenaran" yang belum terbuktikan adanya.
Salam, terkhusus utk saudara-saudaraku yg sedang menikmati indahnya pernikahan mereka, baik yg baruuuuu saja ataupun yg baru beberapa puluh tahun terlalui.
Sumber utama : Biksu Abram dan si Cacing