Alkisah, hiduplah seorang guru di kota Baghdad, sebut saja namanya si Fulan. Dalam kehidupan sehari-harinya, si Fulan ini selalu rajin beribadah, baik yang wajib dan yang sunnah pun tak ketinggalan. Sembahyangnya, shodaqohnya, muamalahnya, zakat dan puasanya. Bahkan sebagai guru selain dia berbagi ilmu kepada murid-muridnya, si Fulan juga rajin menulis kitab yang enak dibaca dan dipahami oleh khalayak umum.
Singkat cerita, pada suatu hari si Fulan ini bermimpi bahwa dirinya telah wafat dan di akhirat tibalah dia di depan pintu surga yang saat itu dia diperkenankan memilih sendiri pintu mana yang akan dimasukinya. Namun, belum lagi kakinya melangkah memasuki pintu surga itu, dia ditanya.
"Fulan, tahukah kau amalan apa yang membawamu sampai ke surga ini?
"Aku tidak tahu. Mungkin sembahyangku, mungkin pula shodaqohku, atau bisa jadi pula ilmu yang kuajarkan melalui murid-muridku dan kitab-kitabku."
"Bukan! TAK SATUPUN dari amalanmu yang itu yang bisa mengantarmu ke surga ini. Semuanya hanya lunas untuk menghapus dosa-dosamu yang juga demikian besar."
"Astaghfirullah! Lalu amal yang mana?"
"Ingatkah engkau pada suatu malam di saat hujan di kota baghdad di sekitar kios penjual gandum kau mendengar makhluk kesayangan Allah dan Rasul-Nya yang merintih-rintih kedinginan, lalu kau bawa pulang, kau selimuti dan kau beri makan susu hingga dia kenyang?"
"Masya Allah, kucing itu?"
"Ya, jika tidak karena kasih sayangmu saat itu, tentunya Allah tidak akan menurunkan ridlo-Nya untuk memilihmu sebagai penghuni surga ini. Amalan kasih sayangmu kepada kucing itu, kepada sesama makhluk Allah lah yg mengantarkan berhak masuk surga."
Seketika itu juga si Fulan terbangun dari tidurnya, keringatnya bercucuran, badannya menggigil ketakutan. Sambil menangis tersedu-sedu si Fulan beristighfar, memohon ampun kepada Allah demi tersadarkan dirinya atas kelalaiannya selama ini. Amalannya yang tampaknya sudah sedemikian banyaknya pun belum tentu cukup untuk mengantarkan dirinya menjadi ahli surga, dikarenakan banyaknya dosa-dosa yg diperbuatnya pula. Entah itu dosa besarnya. Entah itu dosa kecil akibat fasik yang berulang-ulang dilakukannya.
"Wahai Tuhan, aku tak layak ke surga-Mu,
namun tak pula aku sanggup ke neraka-Mu.
Ampunkan dosaku, terimalah taubatku.
Sesungguhnya Engkau lah pengampun dosa-dosa besar."
"Aku tidak tahu. Mungkin sembahyangku, mungkin pula shodaqohku, atau bisa jadi pula ilmu yang kuajarkan melalui murid-muridku dan kitab-kitabku."
"Bukan! TAK SATUPUN dari amalanmu yang itu yang bisa mengantarmu ke surga ini. Semuanya hanya lunas untuk menghapus dosa-dosamu yang juga demikian besar."
"Astaghfirullah! Lalu amal yang mana?"
"Ingatkah engkau pada suatu malam di saat hujan di kota baghdad di sekitar kios penjual gandum kau mendengar makhluk kesayangan Allah dan Rasul-Nya yang merintih-rintih kedinginan, lalu kau bawa pulang, kau selimuti dan kau beri makan susu hingga dia kenyang?"
"Masya Allah, kucing itu?"
"Ya, jika tidak karena kasih sayangmu saat itu, tentunya Allah tidak akan menurunkan ridlo-Nya untuk memilihmu sebagai penghuni surga ini. Amalan kasih sayangmu kepada kucing itu, kepada sesama makhluk Allah lah yg mengantarkan berhak masuk surga."
Seketika itu juga si Fulan terbangun dari tidurnya, keringatnya bercucuran, badannya menggigil ketakutan. Sambil menangis tersedu-sedu si Fulan beristighfar, memohon ampun kepada Allah demi tersadarkan dirinya atas kelalaiannya selama ini. Amalannya yang tampaknya sudah sedemikian banyaknya pun belum tentu cukup untuk mengantarkan dirinya menjadi ahli surga, dikarenakan banyaknya dosa-dosa yg diperbuatnya pula. Entah itu dosa besarnya. Entah itu dosa kecil akibat fasik yang berulang-ulang dilakukannya.
"Wahai Tuhan, aku tak layak ke surga-Mu,
namun tak pula aku sanggup ke neraka-Mu.
Ampunkan dosaku, terimalah taubatku.
Sesungguhnya Engkau lah pengampun dosa-dosa besar."