Belakangan Salha mudah lelah dan sering
mengantuk, terutama ketika mengikuti pengajian. Pada malam hari
perempuan 54 tahun itu justru tidak dapat tidur nyenyak lantaran kerap
mondar mandir ke peturasan. Itu sangat mengganggu karena Salha masih
aktif menyelesaikan pekerjaan rumah. Jika membaringkan tubuh pada pukul
22.00, ia tidak bisa langsung tertidur hingga sejam lebih.
Biang kerok gangguan itu adalah kadar
gula darah Salha yang melambung hingga 300 mg per dl. Kadar gula darah
idealnya kurang dari 200 mg per dl. Perempuan kelahiran 1962 itu positif
mengidap diabetes mellitus pada 2014. Menurut dokter spesialis penyakit
dalam Rumah Sakit dr.Soetomo, Surabaya, Dr dr Arijanto Jonosewojo SpPD
FINASIM, gejala awal diabetes mellitus antara lain mudah lelah, sering
haus, dan kerap berkemih persis pengalaman Salha.
Buah Okra
Menurut Arijanto Jonosewojo pemicu kerap
berkemih, “Gula dalam darah menyerap cairan. Tubuh merespons dengan
merasa haus agar penderita minum untuk menggantikan cairan yang terserap
darah”. Lantaran terlalu banyak minum, cairan tubuh berlebih sehingga
penderita diabetes kerap berkemih untuk membuang kelebihan itu.
Pembuangan kelebihan cairan melalui air kemih terjadi ketika penderita
tidur lantaran saat itu aktivitas berkurang.
“Saat tubuh beraktivitas, terjadi
pengeluaran cairan dari kulit dalam bentuk keringat dan dan dari paru –
paru dalam bentuk uap air,” kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya, itu. Wajar saat tidur pengidap kencing manis
terganggu untuk bolak – balik ke kamar mandi. Pemicu diabetes antara
lain pola hidup minim gerak, konsumsi makanan kaya trigliserida, dan
kurang olahraga.
Untuk mengatasi diabetes mellitus, Salha
merajang 2 buah okra berukuran sedang dan merendam dalam air matang
hingga 1 – 2 jam. Setelah itu ia mengonsumsi air infusan buah okra.
Setiap hari ia menghabiskan 2 – 3 gelas air rendaman okra. Salha
disiplin mengonsumsi hingga merasakan perubahan signifikan. Dalam
beberapa bulan, Salha merasakan frekuensi berkemih pada malam hari kian
berkurang.
Semula ia terbangun 2 – 3 kali setiap
malam, kini ia bisa tidur nyenyak sampai pagi. Salha juga merasa lebih
bugar. Ketika mengikuti pengajian, ia tak lagi mudah mengantuk.
Perubahan membaik itu seiring dengan penurunan kadar gula darah Salha.
Sayang, ia tidak pernah mengukur ulang kadar gula darag dalam
tubuhnya. ”Bagi saya sederhana saja, kalau dulu badan terasa lemas
sekarang lebih segar, berarti dulu sakit sekarang sehat,” kata Salha.
Konsumsi Kukus
Cara lain memperoleh khasiat
antidiabetes mellitus dengan mengonsumsi buah okra sebagaimana
pengalaman Buchori, Mantan Instruktur di Sekolah Calon Bintara Resimen
Induk Komando Daerah Militer (Secaba Rindami V Brawijaya, Jember, Jawa
Timur, mengidap diabetes mellitus setelah pensiun pada 1999. Ketika
aktif bekerja Buchori terbiasa dengan aktivitas fisik. Setelah pensiun
Buchori kesulitan menyesuaikan diri.
“Dulu setiap pagi lari dan membimbing
siswa, setelah pensiun kaget,” kata Widi Astutik, putri kedua Buchori.
Kadar gula Buchori membubung hingga 500 mg per dl. Bahkan, pernah 600 mg
per dl. Buchori mulai mengonsumsi okra muda kukus plus sambal pecel
atau dalam bentuk gado – gado untuk sarapan atau makan malam. Widi rutin
mengukus 6 – 10 buah okra muda sepanjang 7 cm untuk sekali makan
ayahnya.
Ia memang menanam okra di pekarangan
rumahnya di Desa Rowotamtu, Kecamatan Rambipuji, Kabupaten Jember, Jawa
Timur. Setelah disiplin mengonsumsi buah okra kondisi Buchori
membaik. ”Tubuhnya terasa lebih segar dan enak untuk beraktivitas.
Padahal tadinya mau apa – apa malas karena rasanya lemas,” ungkap Widi
mengisahkan perubahan Buchori.
Perlahan tubuhnya pun kembali berisi.
Kemajuan paling pesat tampak setahun setelah mulai konsumsi. Kini ayah 3
anak itu aktif mengikuti kegiatan keagamaan dan sosial di sekitar
rumahnya. Pemeriksaan terakhir di laboratorium klinik beberapa bulan
silam menunjukkan, kadar gula darah purnawirawan Angkatan Darat itu 200
mg per dl. Fakta empiris itu bukti bahwa buah okra berkhasiat mengatasi
diabetes mellitus.
Fakta Ilmiah
Baik Salha maupun Buchori semula
menggantungkan harapan kesembuhan pada obat – obatan resep dokter. Salha
mengonsumsi obat dari dokter selama setahun. Buchori, 3 tahun. Namun,
ketika itu kadar gula darah mereka tak kunjung stabil. Setelah
mengonsumsi okra, kadar gula Buchori kembali normal. Adapun Salha tak
lagi merasakan gejala diabetes seperti mengantuk saat pengajian, mudah
lelah, kerap terbangun ketika malam hari.
Penderitaan Buchori dan Salha akibat
diabetes mellitus memang berakhir manis. Berkat okra kadar gula darah
mereka kembali normal. Meski demikian masyarakat tetap harus bijaksana
mengonsumsi herbal. Konsumsi okra atau herbal lain harus sesuai dosis
anjuran. Itulah sebabnya diabetesi sebaiknya juga berkonsultasi ke
herbalis atau dokter.
Setahun terakhir okra sebagai
antidiabtes mellitus memang menjadi buah bibir. Informasi mengenai
khasiat si Jari lentik itu bagai virus yang cepat menyebar bukan hanya
di dalam negeri, tetapi juga di mancanegara. Testimoni kesembuhan
diabetes setelah konsumsi okra pun merebak seperti kisah Buchori dan
Salha. Kesembuhan mereka dari diabetes mellitus bukan kebetulan belaka.
Itu sesuai dengan riset ilmiah oleh para
peneliti. Ben Chioma dan rekan dari Jurusan Ilmu Kesehatan Universitas
Rivers State, Nigeria, membandingkan efek ekstrak air okra, tepung okra,
dan obat diabetes standar glibenklamid terhadap hewan uji yang
menderita diabetes akibat penyuntikan aloksan.
Ben membuat ekstrak air itu hanya dengan
memotong kedua ujung buah okra lalu merendamnya dalam air bersih
semalaman – cara sama membuat air infus. Penelitian selama 14 hari itu
menunjukkan bahwa ekstrak air okra efektif menurunkan kadar gula darah
hingga 32,2%. Semula kadar gula darah tikus iti 14,9 Mmol/l. Setelah
mengonsumsi ekstrak okra turun menjadi 10, 1 Mmol/l.
Sementara glibenklamid memicu penurunan
kadar gula darah 26% dari semula 10,4 Mmol/l menjadi 7,6 Mmol/l. Menurut
Ben khasiat okra menurunkan gula darah melalui beberapa mekanisme. Ia
menyebut penghambatan enzim penyusunan karbohidrat, perbaikan
sensitivitas insulin, peremajaan sel – sel rusak di pankreas, dan
peningkatan jumlah serta efektivitas insulin.
Ben bukan satu – satunya yang
membuktikan keandalan okra mengontrol gula darah. Riset lebih mendalam
oleh AJ Uraku dan rekan di Jurusan Biokimia Universitas Ebonyl State,
Nigeria. Mereka mengamati bahwa hewan uji diabetes mengalami kenaikan
enzim alkalin fostatase (ALP), aspartat aminotransferase (AST), dan
alanin aminotransferase (ALT). Pemberian 200 – 800 mg per kg bobot tubuh
ekstrak air okra menghambat kenaikan ketiga enzim itu 13 – 27%.
Tim Uraku menemukan gugus, sulfohidril –
mirip dengan gugus pembentuk alisin, zat aktif bawang putih. Di tanah
air, periset dari Jurusan Farmasi Universitas Islam Bandung, Mita,
Desthia juga membuktikan daun okra berkhasiat antidiabetes mellitus.
Populasi Banyak
Tak ada buah, daun okra pun jadi.
Periset itu membuktikan pemberian 22,4 mg ekstrak daun okra per 20 g
bobot tubuh setara 1.120 mg ekstrak per kg bobot tubuh – mampu
menurunkan kadar gula darah. Efek penurunan pemberian daun okra juga
relatif cepat, yakni 90 menit
Menurut dr Arijanto okra mengandung
serat tinggi dan berkalori rendah. Selain itu indeks glikemik atau angka
yang menunjukkan potensi peningkatan gula darah dari karbohidrat yang
tersedia pada suatu pangan juga rendah yakni 20. Itu membuat okra bisa
mengurangi penyerapan gula dan lemak.”Jika penyerapan gula rendah pasti
gula darah menurun,”kata Arijanto.
Menurut dokter penganjur herbal di Kota
Tanggerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, okra kaya nutrisi.
Namun, yang berperan utama dalam penyembuhan berbagai penyakit adalah
bahan yang mampu menetralkan oksigen reaktif dalam tubuh. Prapti
menyatakan bahwa, “Sifat okra hanya membantu kesembuhan, bukan bahan
penyembuh utama,”kata Prapti.
Sejatinya tidak hanya buah okra yang
bermanfaat. Riset dan etnobotani okra dari berbagai negara menunjukkan
bagian lain pun berkhasiat, mulai dari akar, batang, daun, biji, bahkan
lendir batang maupun buah. Khasiatnya pun beragam, bahkan bisa untuk
kontrasepsi pria. Konsumsi buah pun terbatas yang muda lantaran buah tua
keras dan sama sekali tidak bisa dimakan. Herbalis di Jakarta Utara,
Maria Andjarwati, tak membedakan okra merah dan hijau. “Yang tersedia
kita nikmati,” kata Andjar.
Penelitian ilmiah buah dan daun okra
manjur mengatasi diabetes mellitus sangat menggembirakan. Harap mafhum
penderita diabetasi – orang dengan kadar gula darah tinggi – di
Indonesia nomor tiga di dunia setelah Tiongkok dan India. Hasil Riset
Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2013 jumlah diabetasi di
Indonesia mencapai 1,5% jumlah penduduk berusia lebih dari 15 tahun.
Hampir 5% penderita berusia 55 – 64 tahun.
Populasi diabetasi kian melonjak karena
perubahan gaya hidup malas bergerak. Efeknya semakin banyak orang muda
mengidap gangguan peredaran darah yang selanjutnya memicu penumpukan
kolesterol dan menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya diabetes
mellitus.
Pemicu lain, perubahan pola hidup secara
mendadak, terutama dialami oleh para pensiunan. Menurut Arijanto, ada 2
faktor yang meningkatkan risiko diabetes bagi kaum usia lanjut.
Pertama, perlambatan metabolisme tubuh akibat pertambahan usia. Faktor
lain adalah perubahan pola hidup, yang banyak dialami pensiunan.
Menurut Arijanto kebanyakan kasus
diabetes di masyarakat kini adalah tipe 2 yang diawali resistensi tubuh
terhadap insulin. Artinya, “Jumlah insulin yang biasa diproduksi tubuh
tidak mencukupi untuk menguraikan kelebihan glukosa dalam darah,” ujar
Arijanto. Pankreas harus membuat lebih banyak insulin untuk menormalkan
kadar gula darah di kisaran 110 – 140 mg per dl.
Anggota Komisi Nasional Saintifikasi
Jamu itu menyatakan bahwa darah harus memiliki gula sebagai sumber
energi jaringan yang dilalui. Gula darah kurang dari 90 mg per dl
membuat orang terasa lemas dan mudah pusing, hal yang lazim dialami
orang berpuasa.
Masyarakat dapat memanfaatkan tanaman
kerabat kembang sepatu itu untuk mengontrol gula darah. “Jangan menunggu
sakit, baru minum okra. Penekanannya okra sebagai pencegah sakit, agar
tidak diabetes dan tidak hiperkolesterol. Namun, jika terlanjur sakit
bisa untuk memperbaiki penyakitnya. Dengan catatan tetap minum obat
standar,” kata Arijanto.
Meski tanaman okra terbatas, masyarakat
dengan mudah membudidayakan di halaman atau di pot. Tanaman anggota
famili kapas – kapasan itu tak menuntut perawatan eksra. Ketersediaan
bahan organik di media tanam sudah cukup bagi Abelmoschus esculentus untuk
rajin berbuah. Untuk penanaman berikutnya, masyarakat bisa memanfaatkan
biji dalam buah matang yang kering kecokelatan. Dengan demikian
masyarakat tetap dapat menikmati okra yang terbukti manjur mengatasi
diabtes mellitus.
(Argohartono Arie Raharjo/ Peliput: Ian Purnamasari, M
Hermawan Nugroho dan Syah Angkasa)
Sumber: Raharjo, dkk, (2016), Okra Atasi Diabetes, Depok: PT Trubus Swadaya