Bicara soal gerah, rumah mungil punya banyak senjata untuk menumpasnya. Di antara senjatanya adalah dengan PLANTING atau menanam tanaman yang sesuai dengan kondisi rumah.
Untuk rumah minimalis, tanaman yang paling mendapat rujukan untuk penghias interiornya adalah Philodendron, meskipun di rumah-rumah yang besar pun banyak yang menanamnya di eksterior dan interiornya juga. Daya tahannya yang tinggi, tidak membutuhkan intensitas penyinaran matahari, dapat dikembangkan ala hidroponik, memiliki variasi bentuk daun yang bermacam-macam, dan ukurannya yang bisa menjadi "mini", menjadi acuan utama mengapa Philodendron paling favorit sebagai penghias interior di dalam rumah minimalis.
Philodendron oxycardium |
Yuk kita selami lebih jauh via buku Philodendron karya Lanny Lingga yang diterbitkan oleh Gramedia sebagaimana tertulis berikut!
Mengenal Tanaman Phiodendron
Philodendron dikenal
luas sebagai salah satu tanaman hias favorit. Di kalangan hobiis,
Philodendron ditanam sebagai tanaman hias pot untuk diletakkan didalam
ruangan. Dibandingkan tanaman hias lainnya, daya tahan Philodendron
dalam suasana gelap relatif lebih tinggi karena tanaman ini hanya
membutuhkan intesitas cahaya rendah untuk kelangsungan fisiologinya.
Banyak penata taman memanfaatkan Philodendron sebagai elemen taman,
terutama pada rancangan taman tropis. Beberapa Philodendron memiliki
sosok yang sangat eksotis sehingga bisa dijadikan titik perhatian dalam
sebuah taman.
Secara
umum, para hobiis membagi Philodendron menjadi dua kelompok, yaitu
Philodendron merambat (climbing philodendron) dan Philodendron tidak
merambat/perdu (shrub). Philodendron merambat memiliki ruas batang lemas
dan akar napas (aerial root) yang berfungsi sebagai pemanjat pada
penopang yang memperkokoh pertumbuhannya. Penopang tumbuh bagi
Philodendron dapat berupa tanaman hidup seperti pohon besar. Untuk
Philodendron yang ditanam didalam pot, penopangnya berupa tiang atau
batang kayu pendek. Jenis Philo ini juga dapat ditanam pada pot gantung.
Philodendron merambat yang bersosok besar pada umumnya ditanam sebagai
penghias taman. Sedangkan Philodendrum perdu memiliki batang kokoh dan
pertumbuhan batang yang relatif lama, sehingga kelompok ini atidak
memerlukan penopang untuk dapat tumbuh tegak. Philodendron perdu
bersosok kecil biasa dimanfaatkan sebagai tanaman hias untuk diletakkan
diatas meja.
Dalam
industri tanaman hias modern, pembagian Philodendron diatas masih
ditambah dengan satu kelompok lagi, yaitu Philodendron pohon (tree
philodendron). Philodendron ini bersosok besar sehingga hanya ditemukan
di habitat asli atau di budidayakan sebagai elemen taman yang cukup
luas. Di Amerika, Philodendron merupakan tanaman indoor yang sangat
ppopuler dan oleh badan antariksa direkomendasikan sebagai tanaman yang
bermanfaat menyerap polusi dalam bentuk benzena, trikloroethylen dan
formaldehida.
Asal Usul Philodendron
Philodendron
pertama kali ditemukan oleh schootpada tahun 1832 di hutan tropis basah
Brazil bagian tenggara. Penemuan selanjutnya, baik spesies yang sama
maupun spesies baru, ditemukan di beberapa lokasi hutan tropis Amerika.
Wilayah habitat asli anthurium antara lain hutan basah Florida, Meksiko,
Amerika tengah, Amerika selatan dan kepulauan West Indian yang
meliputi daerah bermuda, Karibia, Bahama, serta negara di kepulauan di
Samudera Atlantik.
Dengan
pesatnya perkembangan pemuliaan tanaman hias, dewasa ini telah ada klon
Philodendron baru yang tidak ditemukan di hutan, yaitu Phildendron
hasil hibridasi atau penyilangan antar spesies atau penyilangan
berurutan dari satu spesies dengan spesies lainnya secara terprogram.
Beberapa contoh klon baru tersebut: Philodendron ‘Black Cardinal’,
Philodendron ‘Moonlight’, Philodendron ‘Red Emerald’, Philodendron’ Raja
Congo’, dan Philodendron ‘Xanadu’. Sementara spesies yng baru ditemukan
dihabitat aslinya dipublikan untuk kepentingan ilmiah, penemuan klon
baru dapat dipatenkan untuk keperluan perdagangan. Klon baru ini hanya
diizinkan untuk diperbanyak melalui pembayaran royalti kepada pemilik
hak paten. Nama klon tidak lagi menggunakan nama latin seperti halnya
penamaan spesies, melainkan menggunakan nama dagang yang mudah dikenal,
misalnya P. ‘Pink Princess’, P. ‘Pink Lady’, P. ‘Lynette’, dan P. ‘Fun
Bun’ yang merupakan hasil kultur jaringan yang di patenkan dari spesies
P. Pinatifidum. Hingga tahun 2006, International Aroid Society mencatat
keberadaan 65 klon Philodendron. Jumlah tersebut akan terus bertambah
seiring dengan penemuan klon baru terutama variegata dari klon yang
sebelumnya telah dipatenkan.
Spesies
yang dibudidayakan saat ini berupa spesies asli, hasil hibridisasi
alami maupun hibridisasi yang sengaja dilakukan oleh pemulia tanaman.
Spesies alami memiliki banyak keragaman bentuk, ukuran, dan warna daun
serta pada umumnya dapat tumbuh dengan baik dalam segala kondisi,
sedangkan varian baru yang mengambil sifat-sifat unggul spesies alami,
bersosok menarik, tetapi memerlukan perawatan yang lebih intensif
dibandingkkan spesies alami.
Perbanyakan
Philodendron melalui kultur jaringan pertama kali dilakukan di Florida,
terutama untuk spesies yang sulit berbunga serta varian hasil hibrida.
Selanjutnya, perbanyakan dengan cara banyak dilakukan di Australia dan
Belanda. Pada awal tahun 2000, kultur jarinngan Philodendron dilakukan
di Thailand, China, dan India terutama untuk klon baru yang memiliki
warna daaun selain hijau, seperti P. ‘Black Cardinal’, P. ‘Moon Light’,
P. ‘Red Emerald’ dan Philodendron lain yang ditujukan sebagai tanaman
hias pot. Bebrapa Philodendron sangat sulit berbunga dan menghasilkan
biji. Khusus untuk spesies yang sulit berbunga tersebut, perbanyakannya
tidak dilakukan secara generatif dengan penyemaian benih.
Philodendron Moonlight |
Orang
awam sering menyebut negara tempat satu Philodendron hibrida di
produksi sebagai asal-usul tanaman tersebut. Misalnya, Philodendron ‘Red
Emerald’ yg diproduksi secara kultur jaringan di Amerika dan Belanda
seringkali dianggap berasal dari kedua negara itu. Philodendron ‘Rojo
Congo’ hasil kultur jaringan sebuah nursery Australia dikenal orang
sebagai Philo asli Australia padahalvAustralia maupun Belanda bukan
merupakan habitatb asli Philodendron. Sebuah spesies ditemukan dari
hasil penjelajahan didaerah habitat asal, bukan dari daerah tempat
tanaman tersebut di perbanyak atau di perjualbelikan. Karena
Philodendron hasil hibridisasi bukan merupakan spesies, msks jenis
tersebut tidak pernah dijelaskan asal-usulnya seperti halnnya
Philodendron spesies.
Taksonomi Philodendron
Philodendron berasal dari bahasa yunani “philo” yang berarti cinta dan “dendron”
yang berarti pohon. Pada awal penemuan genus Philodendron, kebanyakan
spesies yang ditemukan berbentuk daun menyerupai hati sehingga memang
tepat jika dijuluki pohon cinta. Deskrisi dan runutan taksonomi
Philodendron ditemukan oleh ahli botani berkebangsaan Inggis bernama
Schott pada tahun 1832. Philodendron termasuk keluarga Araceae (termasuk
didalamnya Algaonema, Anthurium, Arisema, Alocasia, Caladium,
Diffenbachia, Syngonium, Spatiphyllum, dan Zanthedescia).
Runtunan
taksonomi Philodendron adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Klas : Liliopsida
Ordo : Arismatales
Familia : Araceae
Subfamilia : Aroidae
Tribe : Philodendrae
Genus : Philodendron
Di
dalam genus Philodendron terdapat lebih dari 700 spesies. Diantaranya
terdapat sejumlah subspesies dan hibrida tang terjadi secara alami
dihabitat asal maupun hibridasi yang sengaja dilakukan oleh pemulia
tanaman.
Pembagian genus Philodendron terdiri atas
- Section Baursia,
- Section Philopsammos,
- Section Philodendron (terdiri atas Subsection Achyropodium, Canniphyllium, Macrolochium, Philodendron, Platypodium, dan Solenosterigma),
- Section Calostigma (terdiri atas Subsection Bulaoana, Eucardium, Glossophylum, Macrobellium, dan Oligocarpidium),
- Section Tritomophyllum,
- Section Schizophyllum,
- Section Polytomium,
- Section Macrogynium dan
- Section Camptogynium.
Philodendron
memiliki keragamman ukuran dan bentuk daun yang berbeda antara satu
spesies dengan spesies yang lainnya. Keragaman ini dijadikan sebagai
satu kunci determinasi oleh alhi boatani dalam penentuan spesies yang
ditemukan di habitat asalnya. Tetapi jika bentuk dan ukuran daun dari
spesies yang berbeda sulit dibedakan, para ahli botani menggunakan kunci
determinasi, yaitu warna daun, susunan atau cara duduk daun, seludang
batang, ukuran dan warna bunga, serta sifat tumbuh tanaman.
Racun dan Khasiat Philodendron
Philodendron
ternyata termsuk dalam kelompok tanaman beracun. Seluruh bagian tanaman
ini mengandung Kristal Kalsium Oxalate yang bisa menyebabkan iritasi
kulit, iritasi mata bila terkena percikan getah, dan penyakit kulit
dermatitis pada orang yang kulitnya tergolong peka. Baik di
negara-negara Eropa maupun AS, masyarakat dianjurkan menjauhkan
Philodendron dari jangkauan balita karena berpeluang sebagai racun
apabila termakan.
Namun
dengan ramuan yang tepat, Philodendron juga digunakan untuk pengobatan.
Doriz Z. Stone dalam bukunya “TheBaruca Costarica” menjelaskan bahwa
rebusan akar gantung Philodendron yang dicampur dengan herba Piper spp,
yang tergolong sebagai sirih-sirihan, telah lama digunakan oleh bangsa
Indian di Costarica sebagai obat sakit perut dan disentri. Bagaimanapun
juga, kandungan kimiawi apa yang ada didalam Philodendron dan bagaimana
efek farmakologisnya masih perlu diteliti lebih lanjut.
Philodendron Black Cardinal |
Cara Tumbuh dan Pertumbuhan Philodendron
Philodendron tumbuh dengan dua cara. Pertama, sebagai tanaman daratan (terrestrial plant), Philo tumbuh tanpa menempel pda tanaman lain atau tidak memerlukan penopang. Kedua,
sebagai tanaman penumpang (epiphyte; epifit), Philo hidup menempel pada
tanaman lain atau benda mati yang ada disekitarnya agar tanaman dapat
berdiri tegak. Sebagian besar soesies Philodendron merupakan tanaman
epifit. Di habitat aslinya, Philodendron ditemukan memanjat pohon hingga
setinggi puluhan meter.
Ada dua cara tumbuh epifit pada Philodendron, yaitu epifit yang sebenarnya dan hemiepiphyte (hemiepifit),
artinya bagian tajuknya (kanopi) hidup menempel pada tanaman lain atau
benda mati yang ada disekitarnya, sementara akarnya berkembang didalam
tanah. Contoh Philodendron dengan pertumbuhan hemiepifit ini antara lain
P. Cordatum, P. Radiatum, dan P. Megalophyllum. Hemieppifit itu sendiri dibagi dalam dua kelompok.
Pertama,
epifit yang kemudian berubah menjadi hemiepifit. Dalam kelompok ini,
biji Philodendron pada mulanya tumbuh dipohon dengan tajuk ke atas
mengarah ke matahari. Biji yang tersebar pada batang pohon besar
biasanya menempel pada sarang semut. Kondisi lembab dan nutrisi yang
terkandung pada sarang semut menyebabkan biji tersebut tumbuh dan
berkembang. Lambat laun akar napas muncul semakin banyak dan berusaha
mencapai tanah untuk menyerap air dan unsur hara.
Kedua,
kelompok Philodendron yang bijinya tumbuh ditanah dan kemudian
“memanjat” pada pohon atau benda yang berada didekatnya. Sifat ini
ditemukan pada semua section Philodendron.Philodendron terrestrial di
habitat asli hanya ditemukan pada kondisi ekstrem, misalnya dilembah
yang teduh dan posisi tanaman jauh dari pohon yang bisa digunakan
sebagai perambat.
Penebangan
hutan menyebabkan beberapa spesies yang tadinya merambat terlempar ke
lembah dan tumbuh ditanah tanpa tanaman penopang seperti yang terjadi
pada P. Lentii dan P. Squamicaule yang berasal dari
Meksiko. Apabila saat ini hobiis menanam Philodendron ditanah tanap
perambat / penopang, hal ini dapat disamakan dengan kondisi ekstrem
tanaman di habitat alami, dan karena itu perlu menyediakan faktor
pendukung pertumbuhan yang memadai, seperti media tanam yang baik, unsur
hara yang cukup dan penempatan pada lokasi yang benar.
Seperti tanaman lainnya, Philodendron juga memiliki sifat fototropisme, yaitu bertumbuh ke arah matahari, kecuali Philodendron Pertosum atau yang lebih dikenal sebagai Monstera Deliciosa L.
Pada spesies ini, pada awalnya tunas bergerak kearah datangnya cahaya,
tetapi setelah tanaman mencapai posisi yang terekspos cahaya, tunas atau
tajuk berbalik ketempat yang gelap (gejala scotropic). Philodendron
memiliki tipe tumbuh monopodial, yaitu daun tumbuh pada suatu ruas.
Namun pertumbuhan daun, yang diikuti dengan munculnya seludang daun,
tidak bersamaan dengan perpanjangan ruas. Setelah daun bertumbuh dan
diikuti pembungaan, ruas memanjang dan perkembangan tunas terhenti.
Panjang
ruas setiap spesies Philodendron berbeda-beda, tergantung tipe
pertumbuhannya dan cara duduk tangkai daunnya. Ada 4 cara duduk daun
Philodendron, yaitu hypophyllous, hyperphyllous, ambiphyllous, dan
peraphyllous. Pada hypophyllous tangkai daun terletak di bagian bawah
ruas; pada tipe hyperphyllous daun terletak di bagian atas ruas; pada
tipe ambiphyllous tangkai daun terletak pada ruas dengan posisi saling
menyilang seperti yang jelas pada Philodendron subgenus zpteriomischum;
sementara tipe peraphyllous memiliki ruas yang mmemanjang dan diakhiri
oleh seludang daun. Seperti umumnya tanaman merambat Philo tidak
memiliki perbedaan antara daun muda dan daun tua.
Morfologi Philodendron
1. Akar
Akar serabut Philodendron bersifat herbaceus, artinya mengandung banyak air
sampai
akar menjadi tua. Permukaan akar tidak rata, berukuran cukup besar, dan
mudah patah. Pada ujung akar terdapat tudung akar yang tampak seperti
bulu putih yang mengandung banyak air. Disamping akar utama yang tumbuh
didalam tanah, Philodendron juga memiliki akar napas (aerial root) yang
tumbuh menggantung ditiap ruas. Akar napas ini tampak jelas pada
Philodendron merambat, namun jarang terlihat pada Philodendron perdu
kecuali setelah tanaman berukuran cukup besar atau berubah menjadi
pohon.
Akar
utama Philodendron berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara,
sementara akar napas berfungsi untuk memanjat atau menempel pada benda
lain yang ad disekitarnya. Semua spesies Philodendron memiliki akar
adventif di beberapa atau di setiap bukunya. Jumlah akar adventif di
pengaruhi oleh faktor lingkungan, bukan oleh sifat suatu spesies.
Philodendron yang merambat memiliki jumlah akar adventif yang relatif
lebih banyak dibandingkan Philodendron Self-heading.
Akar
tempel ada yang tumbuh menyebar pad lingkaran buku ada pula yang
mengumpul pada satu titik buku saja. Pada P. Auriculstum akar tempel
melingkari buku, sedangkan pada P. Gigas akar tempel merapat di suatu
titik pada sebuah buku. Ciri morfologi akar tidak digunakan dalam
taksonomi saat pendiskripsian spesies dilakukan. Akar segar berwarna
putih, putih kehijauan atau kecoklatan dengan ukuran panjang dan
diameter serta tekstur yang berbeda untuk setiap spesies. Namun saat
dibuat preparat kering untuk diteliti di laboratorium ciri tersebut
tidak tampak lagi.
2. Batang
Batang
Philodendron berbentuk bulat dengan ukuran bervariasi. Spesies merambat
memiliki lingkar batang yang lebih kecil dibandingkan dengan spesies
yang tumbuh tegak. Panjang ruas batang Philodendron beragam, ada yang
hingga puluhan centimeter, ada pula yangj pendek sehingga terliahat
seperti merapat. Panjang ruas Philodendron merambat berkisar 10-30 cm
dan dapat berubah menjadi lebih panjang jika ditanam di tempat yang
lebih gelap.
Permukaan
batang Philodendron pun bervariasi, ada yang licin, kasar dan berambut
sementara warna batangnya ada yang hiaju mengkilap, kecokelatan, kuning,
dan merah. Pada batang terdapat seludng daun yang bentuk maupun
ukurannya berbeda untuk masing-masing spesies. Warna batang Philodendron
mengalami perubahan dari satu stadia ke stadia berikutnya. Ada spesies
yang awalnya berbatang hijau tua, namun setelah dewasa berubah menjadi
hijau keabu-abuan. Ada pula yang saat masih muda berbatang hiaju tua dan
setelah dewasa berubah menjadi kuning atau merah kecokelatan. Perubahan
inilah yang menyebabkan kunci determinasi dilakukan hanya ketika batang
masih segar. Batang Philodendron dalam kondisi basah ataupun kering
dapat dipakai sebagai kunci determinasi.
Kunci
determinasi Philodendron terpenting dari pengamatan batang adalah
seludang daun. Seludang daun melindungi daun yang baru muncul. Pada
Philodendron merambat, seludang akan rontok segera setelah daun baru
tumbuh. Seludang daun umunya berupa lembaran halus dan tipis, namun ada
pula yang tebal dan berair. Philodendron dengan seludang tebal ini
mengandung cairan gelatin yang berperan sebagai pelumas pada saat daun
baru tumbuh. Warna seludang juga menjadi kunci determinasi.
3. Daun
Philodendron
memiliki banyak keragaman bentuk daun, misalnya hati, lanset, lanset
berlekuk, dan jari-jari. Ukuran helai daun dan panjang tangkai daun
bervariasi. Philodendron merambat pada umumnya memiliki tangkai daun
panjang sedangkan philodendron self-heading umumnya
bertangkai daun pendek hanya beberapa spesies yang bertangkai daun
panjang. Tangkai daun berbentuk bulat, setengah lingkaran atau setengah
lingkaran berlekuk.
Warna
daun Pholidendron bermacam-macam, yaitu hijau, hijau muda, kuning,
merah, merah keunguan, warna perak serta variegata, antara lain
variegata hijau-putih, hijau-kuning, merah-putih, merah-merah muda serta
gabungan bebrapa warna dalam satu helai daun. Philodendron adalah
tanaman evergreen, artinya tidak mengalami periode dorman.
Daun Philodendron tersusun saling berhadapan kecuali pada spesies
beruas batang sangat pendek, susunan daun saling bersilang atau
membentuk rumpun. Lima puluh lima (55) subspesies Philodendron yang
berasal dari Amerika Tengah memiliki daun dengan bertbagai bentuk
lekukan, 3 diantaranya berdaun 3 lekuk (triloba), seperti P. Anisotomum, P. Cotobrusense, P. Madronoense, P. Ruthchuhianum, P. Tripatitum, dan P. Angustilobum.
bentuk-bentuk daun philodendron |
Tangkai
daun (petiol) Philodendron selalu tumbuh memanjang. Kebanyakan spesies
memiliki panjang daun hampir sama dengan tangkainya. Kebanyakan panjang
tangkai daun Philodendron yang berasal dari Amerika Tengah lebih dari 50
cm. Meskipun ada pula yang bertangkai daun pendek misalnya P.
Brewsteriense, yang panjang petiolnya kurang dari 15 cm dan P. Wenlandii
yang hanya memiliki panjang petiol sekitar 7,5 cm. Petiol Philodendron
menghasilkan tetesan cairan berasa manis dipermukaan daun dan di bagian
pangkal daun muda. Cairan ini sangat bermanfaat pada proses penyerbukan.
4. Bunga
Philodendron
memiliki bunga majemuk, yaitu rangkaian banyak bunga yang tersusun pada
spadiks. Bunga ini terlindungi oleh seludang bunga (spathea) yang
membungkus spadiks. Setiap spesies memiliki perbadaan ukuran seludang
dan spadiks yang digunakan sebagai kunci determinasi Philodendron.
Warna
seludang masing-masing spesies juga berbeda. Posisi bunga pada batang
dapat tegak atau miring, tergantung letaknya pada batang. Meskipun pada
awalnya tersembunyi diujung batang, bunga yang tumbuh akhirnya
menyebabkan batang melengkung sehingga bunga menjadi tegak ketika
anthesis.
Sifat demikian dapat diamati pada P. Lingulatum Var. Ovatum dan P. Lingulatum Var. Lingulatum.
Pengetahuan tentang posisi bunga sangat penting bagi hobiis atau
pemulia yang bermaksud melakukan penyilangan Philodendron. Dalam
taksonomi Philodendron, jumlah bunga dalam satu ketiak daun (axil)
menentukan determinasi spesies. Ada spesies yang memiliki bunga tunggal
dalam satu ketiak daun dan ada pula yang memiliki lebih dari satu bunga
perketiak daun.
Philodendron King Dragon |
Selain
jumlah bunga secara utuh, kunci deskripsi philodendron juga ditentukan
oleh jumlah serbuk sari dalam kotak sari. P. Subg. Mecostikma, misalnya
memiliki 51 serbuk sari dalam setiap kotak sari, sedangkan P.
Fragrantisimum serta sebagian besar Philodendron asli Amerika tengah
punya 36 serbuk sari tiap kotak sari. Sementara itu, ada 52 spesies yang
memiliki serbuk sari lebih sedikit dari pada 2 spesies yang disebutkan
sebelumnya. Misalnya, P. Davidsonii memiliki 10 serbuk sari, P.
Coloradense memiliki 4 – 7 serbuk sari dan P. Gigas serta P. Dresleri
hanya memiliki 3 – 4 serbuk sari dalam tiap kotak sari. Contoh lain
Philodendron angustisetum, panjang bunga 15 cm, seludang berwarna hijau,
didalamnya kuning dan di pinggir bagian luar bunga berwarna pink.
5. Biji
Sebagai tanaman Araceae, Philodendron memiliki kelompok buah yang berada pada sebuah tongol (berry).
Biji terbungkus oleh kulit yang terdiri dari lapisan luar (eksokrap)
dan lapisan dalam (mesokarp). Warna kulit berry pada Philodendron sangat
beragam tetapi tidak seperti anthurium atau keluarga araceae yang lain, perbadaan ini tidak digunakan sebagain kunci determinasi spesies.
Bunga
jantan dan bunga betina pada Philodendron terletak pada spadiks yang
sama (bunga hermafrodit) : bunga betina berada di bagian bawah spadiks,
sedangkan bunga jantan berada di ujung spadiks. Bagian tengah spadiks
merupakan daerah perantara (transition zone) tempat bunga jantan yang
mandul (steril).
BUDI DAYA PHILODENDRON
a. Perbanyakan Philodendron
Philodendron
di perbanyak secara generatif melalui penyemaian biji sebagai organ
generatif tanaman dan secara vegetatif melalui stek pucuk, stek batang.
Pencangkokan, perundukan (layering) dan kultur jaringan. Di luar negeri,
biji Philodendron banyak yang sudah di proses dan siap disemai.
Perdagang biji ini mendorong petani atau pemulia untuk secara khusus
memproduksii biji.
Penampakan biji philodendron |
Produksi
biji Philodendron sangat menguntungkan karena satu tongkol bunga dapat
menghasilkan ratusan hingga ribuan biji yangmemiliki nilai ekonomi
tinggi. Di Amerika, puluhan juta biji Philodendron di hasilkan setiap
tahun untuk di jual ke seluruh dunia. Jika kita ingin memproduksi biji,
kita perlu mengetahui penyerbukan Philodendron secara alami dan cara
merangsang pembungaan dengan manipulasi perlakuan hormon.
Pengetahuan
ini akan memudahkan kita melakukan penyerbukan buatan. Warna pembungaan
atau terjadib penyerbukan pada masing-masing spesies berbeda. Proses
ini pada dasarnya ditandai oleh pembukaan spadiks kemudian diikuti oleh
penyebaran serbuk sari yang dihasilkan bunga jantan untuk menyerbuki
atau bunga betina. Penyerbuka pada Philodendron selalu bersifat
protogynous, yaitu putik lebih dulu matang sebelum bunga jantan melepas
serbuk sarinya. Ketika pnyerbukan akan berlangsung, bunga mengeluarkan
aroma tertentu yang dapat tercium saat spathea membuka.
Perpaduan dengan bunga lain pun jadi makin indah |
Menyilangkan
dua spesies Philodendron dengan tujuan untuk mendapatkan hibrida baru
tidaklah mudah. Setiap spesies memiliki periode pembuangan yang berbeda.
Berdasarkan periode pembuangan Philodendron di bagi menjadi 5 yaitu
spesies yang berbunga saat musim hujan, spesies yang berbunga saat musim
kemarau, spesies yang berbunga saat musim hujan dan kemarau, spesies
yang masa berbunganya sepanjang tahun, serta spesies yang berbunga pada
saat masa pancaroba. Hobiis dan pemulia tanaman yang ingin mendapatkan
Philodendron varietas baru dengan cara penyilangan perlu mengetahui masa
pembungaan dua spesies yang akan disilangkam dan waktu penyerbukan
alaminya.
Penyilangan
dua spesies akan berhasil apabila di pilih waktu yang ttepat untuk
melakukan penyerbukan. Bagaimana jika tidak terdapat ketidaksesuian masa
berbunga dan waktu penyerbukan antara dua spesies yang akan di
silangkan? Untuk mengatasinya, hobiis atau penyilangan dapat
memanfaatkan serbuk sari dari spesies yang berbunga terlebih dahulu.
Serbuk sari ini disimpan sambil menunggu pembungaan spesies kedua.
Pengetahuan tentang morfolofi bunga dan peristiwa pembungaan sangat
penting bagi kegiatan penyilangan untuk produksi benih Philodendron.
b. Penyemaian Biji
Ukuran
biji Philodendron bervariasi: ada yang sehalus debu (sperti P.
Canifolium), ada yang sebesar kacang hijau dan dan yang paling besar
sebesar kacang tanah (misalnya P. Pertosum). Biji hasil panen
harus di kering anginkan agar bisa tahan disimpan dalam waktu lama.
Pengeringan hendaknnya tidak dilakukan dengan cara di jemur langsung di
bawah sinar matahari karena hal ini akanmenurunkan daya tumbuh biji.
Lama pengeringan bervariasi: biji berukuran kecil akan cepat mengering
dalam waktu sehari sedangkan biji berukuran besar memerlukan waktu
beberapa hari. Agar terhindar dari serangan cendawan perusak biji, biji
direndam beberapa saat dalam larutan fungisida seperti Ridomil atau Captan sebelum dikeringkan.
Benih
Philodendron bersifat rekalsitran, yaitu cepat mengalami kemunduran
vigoritas. Penyimpanan terbaik adalah dengan kain katun lembab dan
dimasukan kedalam kantong plastik (benih hendaknya tidak disimpan dalam
kantong kertas. Media tanam yang baik untuk menyemai benih Philodendron
adalah media yang memiliki daya ikat air cukup besar atau dapat menjaga
kelembaban dalam waktu relatif lama, misalnya sphagnum moss, akar pakis
yang dicacah halus, cocopeat halus, peatmoss, dan tanah rawa yang telah
dinetralkan pH nya melalui pemgapuran.
Philodendron Pertosum atau Monstera |
Untuk
benih berukuran besar, penyemaian dapat dilakukan perbiji, sedangkan
untuk benih berukuran kecil penyemaian dilakukan dengan penyebaran
berkelompok. Pada saat benih mulai berkecambah, bibit diletakkan pada
lokasi berpencahayaan sekkitar 300 fc atau berpenaung 80% - 90%,
sedangkan setelah daun mulai tumbuh sepasang di pindah ke tempat yang
lebih terang atau berpenaung 70% dan setelah tanaman cukup kuat dapat di
pindah ke tempat berpenaung 60%. Bibit yang terlalu kekurangan cahaya
akan tumbuh secara lambat dan ketika sudah besar sosoknya tidak kompak.
c. Setek Pucuk
Pucuk
atau tunas merupakan salah satu bagian tanaman yang paling mudah
digunakan untuk perbanyakan secara vegetatif. Setiap ruas Philodendron
di tumbuhi akar dan akar lebih mudah tumbuh pada ruas batang bagian
bawah daripada ruas bagian atas. Setelah pemotongan pucuk pada jenis
berbatang kecil, pengakaran dapat di lakukan dengan media air sebelum
tanaman di pindah ke media tanam yang sebenarnya.
d. Setek batang
Tunas
Philodendron tumbuh pada ruas yang memiliki mata tunas. Philodendron
beruas panjang memiliki sedikit tunas, sementara sebagian besar
Philodendron beruas pendek memiliki tunas pada setiap ruas. Kebanyakan
spesies satu mata tunas pada setiap ruas. Karena akar Philodendron
tumbuh pada buku batang, maka syarat untuk melakukan setek batang adalah
adanya buku dan mata tunas.
e. Pencangkokan / Perundukan
Prisip
kerja pencangkokan sama dengan penyetekan batang. Risiko kegagalannya
kecil karena pucuk tetap menempel pada tanaman induk. Perundukan
(layering) biasa dilakukan pada Philodendron merambat. Caranya adalah
dengan merebahkan pucuk tanaman ketanah yang lembab. Kemudian bagian
pangkal ruas di timbun media dan di pasang pemberat sampai tumbuh akar
dan siap di potong.
f. Media Tanam
Di
habitat asalnya Philodendron hidup di tanah subur yang lembab. Sehingga
media tanah yang sesuai bagi Pjilodendron adalah yang bersifat porous
tetapi juga dapat menahan air. Agar tanaman dapat tumbuh dengan baik
media tanamnya sebaiknya terdiri atas campuran berbagai jenis media
tanam. Beberapa jenis media tanam yang dapat di gunakan adalah pakis
caca, potongan kayu, serutan kayu, sekam segar, sekam bakar, serat
kelapa, serbuk kelapa, potongan serat dan serbuk kelapa, pupuk kandang,
kompos hijau, tanah topsoil, seolit, pasir, batu apung, perlit, tanah
rawa, humus paku hitam, hidrogen dan serbuk gergaji kayu.
g. Penanaman
Penanaman
Philodendron dapat menggunakan berbagai macam pot, seperti pot plastik,
tanah liat, pot keramik atau dari semen. Ukuran pot di sesuaikan dengan
ukuran tanaman. Philodendron merambat memerlukan penegak atau rambatan,
namun tidak demikian halnya dengan Philodendron self-heading yang hanya
membutuhkan penopang sementara agar dapat tumbuh tegak dan kokoh.
h. Pemupukan
Pemilihan
jenis pupuk harus memperhatikan kesesuaian jenis pupuk yang di
campurkan. Kesesuaian tersebut berpedoman pada kondisi pH media,
kesesuaian antar ion penyusun pupuk, dan nilai EC yang akan dihasilkan
setelah pemupukan pada jangka waktu tertentu pasca pemupukan. Kesesuaian
campuran pupuk tunggal akan mempengaruhi keseimbangan pertumbuhan
tanaman.
Referensi Buku : Philodendron - Lanny Lingga - Penerbit Gramedia