Nganjuk, 10 Januari 2015
Beberapa hari terakhir ini, keluarga kami mesti sering-sering travelling. Selain karena acara berlibur, juga ada acara silaturahim ke rumah saudara dan kerabat. Ada yang dekat saja, sehingga tak sampai sehari sudah balik ke rumah. Tapi ada juga yang perjalanannya makan waktu berjam-jam, hingga seharian.
Awalnya sih asyik-asyik saja, karena terbawa suasana hepi mungkin sih ya? Tapi setelah perjalanan yang kesekian kalinya, di setiap pagi bangun tidur telapak dan betis kaki ini rasanya seperti ditusuk-tusuk saat mencoba berdiri. Nyerinya bukan main.
Rupanya kadar asam uratku naik drastis gara-gara kurang gerak dan kurang minum selama dalam perjalanan. "Untungnya cuman asam urat," kata suamiku. Hehehehe, wong jowo apapun masih bisa bersyukur.
Yang dibawa Alifia ini penampakannya anting-anting setinggi 40-50 cm |
Saat aku memulai aktifitas di dapur, pagi itu tiba-tiba suamiku datang sambil membawa seonggok tanaman yang banyak jadi gulma di pekarangan kami.
Gerombolan anting-anting di pojok pekarangan rumah setinggi 20 cm |
"Ini namanya Anting-anting, karena pada pangkal rantingnya selalu ada yg seperti ini," kata suamiku sambil menunjuk sebentuk daun kecil atau bunga yg menyerupai anting-anting.
"Akarnya ini kalo ketahuan kucing pasti diendus-endus, bahkan juga dimakan." Sambung suamiku lagi.
"Lha ini mau diapakan?" Tanyaku.
"Ini nanti dicuci, dipotong beberapa bagian biar bisa masuk semua ke dalam panci. Tapi jangan pakai panci alumunium lho. Yang besi atau baja/stainless saja" Suamiku menerangkan. "Dikasih air 3 bagian, disisakan jadi 2 atau bahkan satu bagian. Airnya diminum seperti minum teh, tapi jangan diberi gula."
"Khasiatnya buat apa?" Tanyaku lagi.
"Ya itu tadi, buat ngobati asam uratmu, biar kalo bangun tidur nggak "sambatan" wae." Jelas suamiku sambil mulai mencuci tanaman anting-anting itu di bawah kucuran air kran.
Tak berselang lama, semua anting-anting yang ternyata berasal dari tiga pokok tanaman itu dipotongnya jadi beberapa bagian, sehingga semua akar, batang, ranting dan daunnya bisa masuk ke dalam panci wojo yang kusiapkan. Bahkan sampai penuh.
Ini lho cirinya hingga dinamai anting-anting ... mirip anting-anting bener khan ya? |
Ia kemudian mengisinya pula dengan air, hingga hampir tiga perempat isi panci. Anting-anting tadi ditekannya semua sehingga terbenam ke dalam air.
Aku kemudian mulai merebusnya dengan api kecil, tanpa menutup pancinya hingga mendidih. Setelah mendidih hingga airnya tinggal separuh, panci itu kuturunkan dari kompor dan kubiarkan untuk dingin secara alami. Airnya sudah berwarna kuning kehijauan, mirip seduhan teh hijau warnanya.
Setelah airnya hangat, kutuangkan ke dalam beberapa gelas yg rupanya jadi 5 gelas. Awalnya ada keraguan untuk meminumnya, namun ketika tiba-tiba suamiku datang mendekat dan meminumnya langsung ... Glek glek glek, tanpa ba bi bu, aku pun ikut-ikutan meminumnya.
Haaaaaaah, bener-bener seperti teh hijau tanpa gula, sepeeet. Efeknya sih nggak langsung terasa, namun kalo dihitung-hitung dalam sehari setelah minum godhogan anting-anting itu di pagi hari, frekuensi buang air kecil jadi meningkat drastis. Hampir tiap jam mesti kebelet pipis.
Setelah tiga hari rutin meminum godhogan anting-anting ini, bahkan pagi, siang dan sore hari, setiap bangun pagi aku tidak lagi merasakan ngilunya telapak kaki saat dipakai berjalan dari tempat tidur.
Anting-anting ini punya nama latin Acalypsa australis linn. Nama cinanya Tie Xian. Selain memiliki fungsi diuretik atau peluruh seni dan menggelontor toksik dalam tubuh, daun anting-anting juga bisa dimasak seperti layaknya memasak daun bayam.
Walau nama latinnya ada australia-australianya, tanaman yg sering kita anggap gulma ini, tersedia dengan mudah dan banyak di hampir setiap pekarangan, halaman atau kebun kita.
Semoga bermanfaat ya!