Cepu dengan blok Cepu-nya yang terkenal dengan kandungan minyak buminya yang berlimpah, sebenarnya meliputi berbagai daerah di dalam kecamatan Cepu, maupun kecamatan di luar Cepu. Di dalam Cepu seperti Kapuan, sedangkan luar Cepu seperti Ledok dan Wonocolo di kecamatan Sambong, Nglobo di kecamatan Jiken, dan daerah lainnya yang berada di daerah kabupaten Blora dan Kabupaten Bojonegoro.
Potensi kandungan minyak bumi yang berlimpah ini memang sangat menarik minat berbagai perusahaan oil & gas di dalam maupun luar negeri, seperti halnya PT Pertamina EP, Exxon Mobile Ltd, dan sebagainya. Sehingga banyak sumur minyak yang dibuat di dalam satu kawasan yang hampir berdekatan. Di satu desa saja seperti Ledok dan Nglobo bisa terdapat lebih dari 20 sumur minyak. Sayangnya .. sebuah sumur minyak memang tidak bisa dieksploitasi secara penuh. Perusahaan-perusahaan besar seperti Pertamina dan Exxon sudah akan meninggalkannya begitu saja begitu utilisasinya sudah di bawah 80%.
Potensi sisa utilisasi yang 20% itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh sekelompok warga desa, baik yang di dalam wadah koperasi desa maupun kelompok perorangan, secara tradisional. Sumur minyak yang masih berjalan dengan operasional secara manual ini sal;ah satunya ada di desa Ledok.
Desa Ledok sendiri terletak di kecamatan Sambong, kabupaten Blora, provinsi Jawa Tengah. Desa ini terletak di sebelah utara kota kecamatan Sambong. Daerah ini memilik penduduk yang belum begitu padat. Perkembangan pembangunan di desa ini memang masih minim.
Daerah Ledok berada di daerah perbukitan dan masih banyak hutan-hutan lebat yang bersifat heterogen. Untuk mengakses desa Ledok cukup mudah, dengan menggunakan transportasi darat. Dapat ditempuh dari Cepu maupun Blora, kemudian ke desa Sambong dan menuju ke desa Ledok.
Untuk pengeboran secara tradisional, dilaksanakan oleh satu tim pekerja manual. Biasanya terdiri antara 15 sampai 20 penambang. Jumlah populasi pekerja yang banyak ini dibutuhkan karena pada awalnya dalam menggerakkan pompa minyak bumi masih menggunakan tenaga manusia. Timba minyak berupa selongsong peluru besar yang tertambat pada seling kawat panjang hingga lebih dari 2.000 meter. Para pekerja ini yang secara bergantian berjalan menarik ataupun mengulurkan seling kawat tersebut dengan berkeliling sebanyak 4 sampai 10 putaran mengitari seputaran sumur minyak yang seluas satu lapangan sepakbola. Tetapi kini cara tersebut sudah banyak diganti dengan kekuatan mesin. Bisa mesin disel atau mesin truk yang sudah rusak.
Bentuk mesin yang digunakan cukup sederhana. Berupa tiang penyangga pompa yang mirip menara. Penyangga ini disusun dari tiang-tiang besi yang dibentuk seperti kerucut.
Dalam proses pencarian titik pengeboran, penambang tradisional menggunakan peta peninggalan dari zaman Belanda dulu. Total titik sumur minyak di desa Ledok baik yang tradisional maupun dikelola perusahaan berkisar 235 titik. Semua sumber sumur minyak tersebut sudah dibor dan telah menghasilkan minyak mentah.
Hasil minyak yang didapat oleh penambang tersebut lazimnya disebut "lantung" (minyak mentah). Rata-rata hasil penambangan tradisional setiap satu sumur minyak dalam dua hari saja bisa mampu menghasilkan 5 ton minyak mentah. Dari hasil tersebut semua minyak mentah dijual ke PT Pertamina EP dengan harga 850 ribu rupiah pertonnya. Jadi harga minyak mentah yang dijual ke PT.Pertamina EP dapat disebut sangat murah sekali. Dari kebijakan PT.Pertamina sendiri, masyarakat Ledok tidak diperbolehkan mengoplos minyak mentah tersebut, tetapi harus dijual ke PT Pertamina EP,dengan menggunakan truk-truk kontainer.
Oiya ... Penemu sumber minyak di cepu adalah Mr. Andrian Stoop seorang dari Belanda, beliau juga pendiri kilang minyak cepu pertama kali.
sumber :
http://kotakkatikdikamar.blogspot.co.id/2013/01/penambang-minyak-tradisonal.html