Cikal Bakal Kota Blora setelah era pemerintahan Kadipaten Jipang Panolan yang berpusat di daerah Kedungtuban, dimulai dari kisah perjuangan Sunan Pojok. Beliau dikenal sebagai sosok waliyullah yang menyebarkan agama islam di daerah Blora.
Sunan Pojok memiliki nama lain di antaranya (istilah Jawa = dasa nama), yaitu Pangeran Pojok , Pangeran Surabaya, Pangeran Surabahu, Pangeran Sedah, Syaikh Amirullah Abdurrochim dan Wali Pojok Blora. Beliau juga disebut Mbah Benun sesuai nama kecilnya.
Salah satu riwayat menyebutkan bahwa beliau adalah seorang Panglima Perang dari Mataram Yogyakarta yang ditugaskan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo untuk memimpin perang melawan VOC di Batavia, dan berhasil menang pada tanggal 20 Nopember 1626. Ini menjadi satu - satunya peperangan yang dimenangkan oleh tentara Mataram atas VOC dan tercatatkan di dalam Arsip Nasional.
Selain memerangi VOC, Sunan Pojok juga ditugaskan menumpas pemberontakan sejumlah Adipati yang "mbalelo" kepada kerajaan Mataram di sebagian daerah seperti di Pati, Tuban, Pasuruan serta Surabaya, yang juga berhasil dimenangkan dengan gemilang. Hingga kemudian beliau diganjar dengan kedudukan sebagai Adipati Tuban.
Setelah berhasil melaksanakan tugas beliau dalam menumpas pemberontakan, Sunan Pojok kemudian melapor kepada Sultan Agung Hanyokrokusumo di Mataram. Namun sayangnya, sekembalinya dari Mataram beliau kelelahan dan menderita sakit hingga akhirnya meningggal dan dimakamkan di desa Pojok, Karangnangka, Kecamatan Banjarejo, Kabupaten Blora.
Kemudian makam beliau dipindahkan oleh putera beliau RM. Sumodito atau Jaya Dipa, yang telah diangkat menjadi Bupati Blora pertama kali oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, ke Makam Gedhong Blora di Jl Mr.Iskandar I/1 Blora saat ini, atau di sebelah selatan alun -alun kota Blora.
Selama hidup beliau dipenuhi pengabdian kepada pemerintah kerajaan Mataram, dan juga tak lepas untuk mengayomi rakyat sehingga beliau sangat terkenal dan dicintai rakyatnya. Bahkan berbagai jabatan yang di emban beliau sebagai Panglima Perang dan Adipati, kemudian dilepaskan untuk akhirnya menjadi Waliyullah.
Karena besarnya jasa-jasa beliau, hingga kini masih dihormati masyarakat dari luar kota maupun dalam kota lewat ziarah pada hari-hari tertentu seperti malam Jumat Pon. Dan yang paling ramai pada bulan Suro / Muharam, tepatnya 27 suro karena diadakan haul.
Berkat jasa-jasa Sunan Pojok, puteranya yang bernama Jaya Dipa diangkat menjadi Bupati Blora yang pertama (dinasti Surobahu Abdul Rohim). Setelah wafat, digantikan putranya Jaya Wirya sebagai Bupati ke-2, dan kemudian Jaya Kusuma sebagai Bupati ke-3, yang keduanya setelah wafat dimakamkan di satu lokasi dengan makam Pangeran Pojok di Kauman.
Sumber :