Kawanku!
Apakah Anda berharap mendapat doa tuntunan amalan agar bisa naik
pangkat di tulisan ini?
Maaf, nggak ada. Ini cuma cerita humor fiksi
saja.
Kalo mau dibaca ya silakan.
Kalo nggak, ya mending pass aja.
Oke?
Begini ceritanya :
Begitu muncul isyu tentang pindah-pindahan yang bakal diumumkan seminggu
lagi, pak Harjo setiap pagi "mengonangi" pak Arif tetangganya selalu
menyebarkan sesuatu di depan rumahnya tiap sepulang jamaah shubuh.
Dalam benak pak Harjo, pak Arif tetangganya ini tergolong orang mapan di
perusahaannya ini. Jarang ikut isyu pindahan, kalopun pindah ya
kira-kira setelah tiga sampai lima tahun. Dan sekalinya pindah pasti
langsung naik pangkat.
Sewaktu diceritakan pada istrinya, pak Harjo langsung didesak untuk
bertamu ke rumah pak Arif untuk minta diajari amalannya tiap pagi itu,
dan mungkin juga perlu sowan ke dukun yang sama, biar rejekinya nggak
seret melulu seperti selama ini.
Esoknya, pak Harjo memantabkan diri untuk menyengaja ikut jamaah shubuh. Padahal biasanya ndak pernah. Setiap gerakan pak
Arif ditirukan, cara doanya ditirukan, ... Kebetulan pak Arif yang jadi
imam. Hehehehe
Sepulangnya, pak Harjo menguntit pak Arif sampai di rumahnya. Dan saat
pak Arif mulai menyebar-nyebar sesuatu di halaman rumahnya, pak Harjo
langsung nyamperin. Maksudnya sih sambil menangkap basah. Kena loe! Gitu mungkin seperti Panji host acara tivi Kena deh itu maksudnya.
"Eh, pak Harjo! Assalaamu alaikum, kok tumben nongol? Mau olahraga ya?"
Sapa pak Arif yg ternyata nggak kaget dg samperan pak Harjo.
Tanpa basa-basi, pak Harjo langsung menyampaikan maksud tujuannya. Pak
Arif pun tertawa memahami arah pembicaraan tetangganya itu.
"Bukan amalan apa-apa, pak. Ini lho, bijinya kemangi dan biji kenikir.
Boleh ambil di sebelah parkiran masjid situ. Sengaja saya tanam
segenggam-segenggam, untuk mengganti pohonnya yang lama di sini. Saya
kan doyan lalapan. Monggo kalo mau menanam juga." Jawab pak Arif sambil
menyodorkan biji-biji yang masih tersisa di genggamannya ke tangan pak
Harjo yang masih bengong.
Eaaaa, cerita gombal gini aja kok ditulis. Jan gombal banget ini ceritanya. Maafin ya!