Anak Kecil dan Sang Maestro
Alkisah di satu kota di Polandia, seorang ibu yang memiliki putra berusia 5 tahun, karena didorong keinginan memberi bekal ilmu seni, memasukkan putranya tersebut ke sekolah musik untuk belajar piano.
Selang beberapa bulan kemudian di kota tersebut datang seorang maestro pianis yang sangat terkenal, Ignace Paderewski, untuk sebuah konser tunggal. Karena ketenarannya, dalam waktu yang sangat singkat tiket konser telah terjual habis. Sang Ibu membeli 2 buah tiket pertunjukan, untuk dirinya dan anaknya, deretan paling depan.
Pada hari pertunjukan, satu jam sebelum konser mulai, kursi telah terisi penuh, sang ibu kemudian duduk dengan si anak tepat berada di sampingnya. Akan tetapi seperti layaknya seorang anak kecil, si anak ini pun tidak bisa betah duduk diam terlalu lama. Tanpa pengetahuan ibunya, ia menyelinap pergi.
Ketika lampu gedung mulai diredupkan, sang Ibu terkejut menyadari bahwa putranya tidak lagi ada di sampingnya. Ia lebih terkejut lagi ketika melihat anaknya sudah berada di atas panggung pertunjukan, dan sedang berjalan menghampiri piano yang akan dimainkan maestro pianis tersebut.
Didorong oleh rasa ingin tahu, tanpa rasa takut anak tersebut duduk di depan piano dan mulai memainkan sebuah lagu, lagu yang sederhana yang dipelajari olehnya, Twinkle Twinkle Little Star.
Operator lampu sorot, yang terkejut mendengar adanya suara piano mengira bahwa konser telah dimulai tanpa aba2 lebih dahulu, maka ia langsung menyorotkan lampunya ke arah panggung. Seluruh penonton terkejut, melihat yang berada di panggung bukan seorang Ignace Paderewski, tapi hanyalah seorang anak kecil. Sang pianis yang juga terkejut, bergegas naik ke atas panggung.
Melihat anak tersebut, Ignace Paderewski tidak menjadi marah, justru ia tersenyum dan berkata "Jangan berhenti ... Teruslah bermain", dan sang anak yang mendapat ijin, meneruskan permainannya. Sang pianis lalu duduk di samping si kecil yang berani ini, dan mulai bermain mengimbangi permainan anak itu, ia mengisi semua kelemahan permainan anak itu, jari-jari tangan kirinya memainkan bass, sedangkan tangan kanannya menambah porsi obbligato dari tuts-tuts yang dimainkan jari2 mungil si kecil yang terus semangat bermain piano dan akhirnya tercipta suatu komposisi permainan yang sangat indah. Bahkan mereka seakan menyatu dalam permainan piano tersebut.
Ketika mereka berdua selesai, seluruh penonton menyambut dengan meriah, bucket bunga dilemparkan ketengah panggung.
Bisa jadi ... kitalah anak kecil tadi ... yang meskipun sudah mengupayakan yang terbaik yang kita bisa ... tetap saja belum mampu menghasilkan simphony yang indah seperti yang diharapkan oleh ... misal orang tua kita, atau boss kita atau bahkan masyarakat di sekitar kita.
Namun ... selalu ada Sang Maestro dalam kehidupan kita yang mampu membuat hal2 yang tidak mungkin kita lakukan justru menjadi hal2 yang mudah terjadi dan indah ... Dialah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang.
Kita hanya harus terus berusaha dan berdoa untuk beroleh ridho dan pertolongan-Nya ... don't quit, keep playing ... jangan pernah menyerah meskipun lelah, bangkitlah kembali kalaupun jatuh, terus kejar apa yang kita cita2kan dengan hal terbaik yang bisa kita lakukan ... apapun nanti hasilnya serahkan sepenuhnya kepada Nya